Konflik di Timur Tengah diperkirakan semakin panjang setelah Israel menyerbu Lebanon dan dibalas oleh Iran. Dampak perang ini merembet ke nilai mata uang rupiah yang kembali tertekan setelah sebelumnya sudah menguat ke kisaran Rp 15.100 per dolar AS.
Kementerian Keuangan pun mengantisipasi dampak dari eskalasi konflik di Timur Tengah itu, khususnya terhadap ketahanan anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN.
“Dampaknya memang selalu kami antisipasi makanya APBN kita itu selalu shock absorber,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu di Gedung Kemenkeu, Jumat (4/10).
Febrio menyebut pemerintah memiliki mekanisme untuk menghadapi dampak jika terjadi global shock. Khususnya yang berdampak bagi masyarakat dan bisa segera diredam.
“Mekanisme eksisting yang ada di APBN itu bisa kita gunakan,” ujar Febrio.
Febrio memastikan ketegangan di Timur Tengah tidak akan berdampak signifikan terhadap anggaran negara di sisi tahun ini. Meskipun saat ini rupiah melemah, Febrio menyebut penguatan rupiah sebelumnya sudah terjadi cukup bagus dan suku bunga dan harga komoditas juga mulai turun dibandingkan pertengahan 2024.
“Sampai akhir tahun ini pelaksanaan APBN 2024 relatif sudah aman. Tantangan berikutnya tentu bagaimana mengantisipas dan mitigasi untuk 2025 dengan situasi yang mungkin akan tetap sama,” kata Febrio.
Desakan Gencatan Senjata di Timur Tengah
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mendesak Iran dan Israel untuk menahan diri, dan semua pihak yang terlibat dalam konflik di Timur Tengah untuk menempuh gencatan senjata.
"Eskalasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini harus segera dihentikan, dan pertempuran di zona konflik Palestina-Israel harus dihentikan," katanya dalam konferensi di Moskow, Kamis (3/10).
Ia menyoroti konsekuensi sangat mendalam dari krisis saat ini, yang dipicu oleh kebijakan destruktif Israel dan Amerika Serikat.
Ryabkov mengatakan Moskow tidak menghubungi Washington mengenai situasi di Timur Tengah karena kedua negara memiliki "pendekatan yang berlawanan," tetapi menjalin "kontak paling dekat" dengan Iran.
"Kami (Rusia dan Iran) memiliki pengalaman kerja sama yang sangat baik di berbagai bidang. Saya pikir hari ini adalah momen ketika hubungan ini sangat penting," katanya.