Plus Minus Sri Mulyani jadi Menkeu di Kabinet Prabowo

Katadata
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pernyataan usai menghadiri rapat paripurna di Gedung DPR, Kamis (19/9).
15/10/2024, 16.01 WIB

Presiden terpilih Prabowo Subianto sudah menawarkan posisi Menteri Keuangan kepada Sri Mulyani Indrawati. Hal ini diketahui setelah Sri Mulyani menyambangi rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan pada Senin malam (14/10).

Sri Mulyani mengungkapkan pertemuannya dengan Prabowo tidak hanya terjadi sekali dua kali saja. Bahkan selama ini, dia sering bertemu dengan Prabowo untuk membahas soal dampak pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk masyarakat.

“Kami diskusi cukup lama dan panjang selama ini dengan beliau. Oleh karena itu, pada saat pembentukan kabinet, beliau meminta saya untuk menjadi Menteri Keuangan kembali,” kata Sri Mulyani usai menemui Prabowo, Senin (14/10).

Kepastian Sri Mulyani sebagai Menkeu dianggap sebagai sinyal positif.  Karena Prabowo memilih kalangan profesional untuk mengisi posisi Menteri Keuangan yang sangat strategis dalam mengatur kebijakan fiskal ke depan. 

Teknokrat Bisa Memberikan Hasil yang Lebih Efisien

Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar menilai pemilihan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan akan menguntungkan karena dia berasal dari kalangan teknokrat.

Namun harus terdapat pakem yang jelas jika Prabowo ingin mendapatkan hasil yang positif, khususnya dari menteri-menteri di bidang ekonomi. “Sebenarnya terkait menteri ini prinsip yang paling sederhana adalah semuanya harus berbasis meritokrasi dan keahlian teknis,” kata Media dalam Media Briefing Celios, Senin (14/10).

Media juga mengutip pernyataan dari ahli politik sekaligus ekonom Maximilian Weber. Media juga menyampaikan pesan yang sama dari tokoh lain. “Jadi itu pesannya Max Weber dan Douglas Nord kalau ahli ekonomi adalah teknokrat yang kuat, maka hasilnya juga akan lebih efisien,” kata Media.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet juga melihat sinyal positif terkait pemilihan Sri Mulyani sebagai Menkeu. “Saya kira pengalaman beliau dalam birokrasi dan juga sebagai teknokrat tentu akan menjadi catatan positif terutama pada proses transisi dari pemerintahan lama ke pemerintahan baru,” kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Selasa (15/10).

Meki positif, ada pekerjaan rumah yang besar menanti. Karena Sri Mulyani masih menyisakan satu pekerjaan rumah yang ditinggalkan pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).  “Pekerjaan rumah ini terkait belum tercapainya peningkatan rasio pajak di dalam negeri,” ujar Yusuf.

Di saat yang bersamaan, ada peningkatan belanja dalam satu dekade terakhir. Sebab, peningkatan belanja tidak diimbangi dengan peningkatan rasio penerimaan pajak yang berdampak pada defisit APBN. “Bahkan defisit pada keseimbangan primer yang tentu merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai,” kata Yusuf.

Gagal Melakukan Regenerasi Menteri Keuangan

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti melihat Sri Mulyani sebagai sosok yang tepat dalam memimpin Kementerian Keuangan.

Hanya saja, Esther melihat adanya kegagalan regenerasi. “Indonesia gagal melakukan regenerasi dan kaderisasi sampai seorang menteri keuangan terpilih berkali kali,” kata Esther.

Meskipun begitu, Esther mengakui Sri Mulyani memang memiliki pengalaman bertahun-tahun sejak zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini menunjukan pengalaman yang sangat baik dari Sri Mulyani selain pernah terjun langsung di Bank Dunia.

Kehadiran Sri Mulyani juga dinilai juga mengatasi ketidakpastian ekonomi saat ini. “Dalam menghadapi ekonomi yang sulit, dia sudah pasti mengerti solusi untuk menjaga ekonomi yang sudah deflasi lima bulan beruntun dan paham menghadapi krisis,” ujar Esther.

Kepercayaan Pasar Lebih Terjamin

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal melihat keputusan Prabowo memilih Sri Mulyani untuk memastikan kepercayaan pasar. Khususnya kepercayaan pasar terhadap pengelolaan fiskal ke depan bisa tetap kuat. 

“Itu sempat yang menjadi kekhawatiran pasar bagaimana pemerintahan baru ini mengelola fiskalnya terutama dengan target-target baru yang dicanangkan pemerintahan mulai dari pertumbuhan ekonomi sampai target defisit APBN,” kata Faisal.

Untuk itu, keputusan Prabowo dilakukan untuk menjawab kekhawatiran dari sebagian kalangan pelaku pasar. Sebab, Sri Mulyani sudah memiliki pengalaman lebih dari satu periode dan jaringan yang kuat. “Sri Mulyan dianggap menjadi figur kompeten untuk mengelola APBN,” ujar Faisal.  

Jika Prabowo ingin mencapai lompatan ekonomi, maka harus mempunyai cara yang berbeda dari kabinet sebelumnya. Hal itu harus dipikirkan dengan maksimal oleh tim ekonomi Prabowo, mulai dari Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang perekonomian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, dan lainnya. 

Reporter: Rahayu Subekti