Sejumlah ekonom memproyeksikan pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada hari ini. Pelemahan ini dipicu oleh penurunan prospek pemangkasan suku bunga Federal Reserve atau The Fed.
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang melanjutkan penguatan didukung oleh menurunnya prospek pemangkasan suku bunga The Fed,” kata analis komoditas dan mata uang Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Kamis (17/10).
Menurut Lukman, saat ini rata-rata penguatan dolar AS masih didukung oleh data-data ekonomi AS dan ketidakpastian geopolitik global. Tak hanya itu, kans Donald Trump dalam Pilpres AS turut berpengaruh terhadap dolar AS. "Kebijakan Trump yang lebih agresif dapat memicu kenaikan inflasi,” ujar Lukman.
Dari sisi domestik, kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6% cukup memberikan dukungan kepada rupiah. Hanya saja, penguatan dolar AS masih belum bisa dibendung saat ini.
“Dengan begitu, rupiah akan berkisar pada level Rp 15.500 per dolar AS hingga Rp 15.600 per dolar AS,” kata Lukman.
Berdasarkan data Bloomberg Kamis pagi pukul 09.08 WIB, rupiah dibuka menguat pada level 15.545 per dolar AS. Level tersebut meningkat 35,00 poin atau 0,23% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga melihat peluang pelemahan rupiah hari ini. “Kemungkinan rupiah depresiasi tipis ke level Rp 15.430 hingga Rp 15.630 per dolar AS,” ujar Fikri.
Fikri juga melihat penguatan dolar AS sehingga berdampak kepada pelemahan rupiah. Selain itu dipengaruhi kemungkinan penurunan suku bunga Bank of England setelah rilis inflasi lebih rendah menjadi 1,7% pada September 2024.