PMI Manufaktur Stagnan, Pemerintah Akui Daya Beli Masyarakat Masih Melemah

ANTARA FOTO/UMARUL FARUQ
Pekerja memproduksi lampu tenaga surya hemat energi saat peresmian pabrik PT Santinilestari Energi Indonesia di kawasan Ngerong, Gempol, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (25/7/2019). Pabrik yang bergerak dalam industri manufaktur energi terbarukan tersebut mengembangkan berbagai produk bidang pembangkit energi listrik dengan pemanfaatan energi matahari dan memproduksi peralatan elektronik khususnya \"Solar Smart Charge Controller\".
1/11/2024, 18.01 WIB

Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat stagnan pada Oktober 2024. Berdasarkan data S&P Global, PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2024 masih sama seperti bulan sebelumnya yaitu 49,2.

Level itu menunjukan PMI manufaktur Indonesia masih terus terpuruk sejak Juli 2024 yang hanya 49,3. Lalu pada Agustus anjlok menjadi 48,9 dan pada September 2024 hingga bulan ini juga belum berubah pada level 49,2.

Menanggapi hal itu, pemerintah mengakui saat ini daya beli masyarakat masih lemah. "Tentu kita akan melihat kalau bagi kita di Indonesia, kita melihat juga dari segi domestik itu terjadi pelemahan konsumen juga. Nah tentu kita berharap ini bisa pulih," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartaro di Jakarta, Jumat (1/11).

Meski begitu, sejumlah negara juga masih terguncang di sektor manufaktu, termasuk ASEAN. Airlangga menyebut negara dengan kondisi industri manufaktur yang masih baik adalah Vietnam. 

Airlangga berharap jika tingkat konsumsi bisa pulih sehingga mendorong industri. Pemerintah akan berupaya mendongkrak pemulihan pada sektor ini. "Tentu kami akan melihat baik domestik market maupun demand dari ekspor market" ujar Airlangga.

PMI Manufaktur Indonesia Masih Terpuruk

Data dari S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia masih berada di bawah angka 50. Hal itu menunjukkan kondisi manufaktur Indonesia masih terpuruk selama empat bulan beruntun sejak Juli 2024.

Dalam penjelasan S&P Global, Indonesia mengalami penurunan dan angkanya tidak berubah karena ada pelemahan dari sisi output, pesanan baru, dan tambahan lapangan pekerjaan. Hal itu menunjukkan pasar manufaktur dan lapangan kerja masih lesu.

Dengan kondisi ini, dikhawatirkan keyakinan terhadap prospek ekonomi juga bisa turun ke level terendah. Sebab S&P melihat, manufaktur Indonesia terus menunjukkan kinerja yang lesu pada Oktober 2024.

Reporter: Rahayu Subekti