Airlangga Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2024 Tak Jauh dari Level 5%
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini tidak akan jauh dari level 5%. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2024 berada pada level 5,05%.
“(Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024) berada di kisaran seperti kemarin. Saya tidak berbicara angka, tunggu besok,” kata Airlangga saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (4/11).
Badan Pusat Statistik sebelumnya melaporkan, ekonomi Indonesia pada triwulan kedua tahun ini dibandingkan kuartal sebelumnya tumbuh 3,79%. Secara tahunan, angkanya tumbuh sebesar 5,05%.
Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2024 Diperkirakan Melambat
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024 diperkirakan berkisar 5,02% secara tahunan. Level ini melambat dibandingkan kuartal sebelumnya 5,05%.
Josua mengatakan pendorong perekonomian pada kuartal III tahun ini masih konsumsi rumah tangga. “Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 5,03% secara tahunan,” kata Josua kepada Katadata.co.id.
Josua menuturkan, peningkatan laju konsumsi rumah tangga terindikasi dari beberapa indikator. Beberapa diantaranya seperti penjualan ritel pada akhir kuartal III 2024 yang tercatat 4,7% secara tahunan.
Selain itu, indeks kepercayaan konsumen pada akhir kuartal III tahun ini juga menunjukkan kondisi yang baik yaitu akan tumbuh sekitar 1,5% secara tahunan. Konsumsi yang solid tersebut ditopang oleh tren penurunan inflasi sisi penawaran terutama inflasi harga bergejolak dan harga diatur pemerintah sementara inflasi inti cenderung menunjukkan tren peningkatan hingga akhir kuartal III 2024 tercatat 2,09%.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun ini berpotensi melambat dibandingkan kuartal II. “Bisa tumbuh di angka 5% saja sudah bersyukur jika melihat kondisi yang ada saat ini di masyarakat,” kata Huda.
Huda menjelaskan, faktor yang menyebabkan perlambatan ekonomi yaitu penurunan daya beli rumah tangga dalam lima bulan terakhir yang merosot. Indonesia juga mengalami deflasi dalam lima bulan secara berturut-turut.
“Kemudian kita juga mengalami PHK secara besar-besaran yang semakin memperdalam penurunan daya beli. Padahal kita tahu bersama, konsumsi rumah tangga menyumbang 50% dari pembentukan produk domestik bruto,” ujar Huda.