Pelaku Pasar Waspadai Kebijakan Fiskal Trump, Rupiah Berpotensi Melemah

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS dan di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing
12/11/2024, 09.55 WIB

Sejumlah analis memproyeksikan rupiah masih akan melanjutkan pelemahannya hari ini terhadap dolar Amerika Serikat. Pelaku pasar masih mengantisipasi kebijakan fiskal yang akan diterapkan Donald Trump usai memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.

"Kemungkinan rupiah terdepresiasi ke level Rp 15.600 per dolar AS hingga Rp 15.800 per dolar AS," kata Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana kepada Katadata.co.id, Selasa (12/11).

Fikri mengatakan faktor yang mempengaruhi pelemahan rupiah, yaitu kenaikan indeks dolar AS. Hal itu seiring dengan terkait risiko pendekatan fiskal Trump. Dalam berbagai kesempatan, Trum mengancam akan menaikkan tarif kepada produk impor Cina dan negara lainnya.  

Investor juga masih menanti pernyataan dari dewan rapat kebijakan bank sentral AS atau Federal Open Market Committee atau FOMC. "Akan ada pidato dari beberapa anggota FOMC nanti malam," ujar Fikri.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.17 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.770 per dolar AS. Level ini meningkat 80,50 poin atau 0,51% dari penutupan sebelumnya.

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, juga mengatakan indeks dolar AS terlihat menguat ke level 105. Pelaku pasar merespon ada peluang pemangkasan suku bunga AS lebih sedikit pada pemerintahan Trump.

"Ini karena inflasi AS bisa naik lagi dan ditambah risiko lainnya seperti perang dagang dan eskalasi perang di Timur Tengah," kata Ariston.

Sementara dari dalam negeri, belum ada lagi sentimen positif pascapengumuman kabinet baru. Ariston menilai, kondisi ekonomi Indonesia juga masih stabil meski banyak isu soal penurunan ekonomi kelas menengah.  

"Peluang pelemahan rupiah hari ini terhadap dolar AS ke kisaran Rp 15.730 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 15.630 per dolar AS," ujar Ariston. 

Reporter: Rahayu Subekti