Cara BI Stabilkan Rupiah, Tahan Suku Bunga hingga Intervensi Pasar Valas
Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk terus memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global akibat perkembangan politik di Amerika Serikat (AS).
Oleh karena itu, BI akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah, prospek inflasi, perkembangan data dan dinamika kondisi yang terus berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate lebih lanjut.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, ruang penurunan suku bunga acuan masih terbuka lebar namun kini terbatas.
"Ruangan (penurunan) yang dulu agak lebar, sekarang lebih terbatas. Tapi sabarnya lebih banyak. Sambil kita lihat dulu, tapi fokusnya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” ujar dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan November 2024 di Jakarta, Rabu (20/11).
Dalam memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, BI melakukan upaya intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Hal ini dibarengi dengan optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk menarik investasi portfolio dan juga pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.
Selain itu, bank sentral juga memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6%, suku bunga deposit facility 5,25%, dan suku bunga lending facility 6,75% pada periode November 2024.
Perry mengatakan, keputusan menahan BI-Rate konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk tetap menjaga terkendalinya inflasi dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025.
"Kami juga terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Perry.
Inflasi Masih Terjaga Dalam Sasaran
Perry menuturkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) terjaga dalam kisaran sasaran 2,5% plus minus 1% pada Oktober 2024. Inflasi IHK tercatat sebesar 1,71% secara tahunan (yoy) pada Oktober 2024. Hal ini dipengaruhi inflasi inti yang terkendali pada level 2,21% yoy dan inflasi volatile food (VF) yang terus menurun menjadi 0,89% yoy.
Penurunan inflasi didukung oleh peningkatan pasokan pangan seiring berlanjutnya musim panen, sinergi pengendalian inflasi Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), dan pengaruh base effect harga pangan.
Secara spasial, inflasi IHK di sebagian besar daerah juga terkendali dalam kisaran sasaran inflasi nasional. Inflasi inti diprakirakan terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran.
Perry bilang kapasitas perekonomian yang masih besar dapat merespons permintaan domestik dan inflasi impor yang terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, serta dampak positif berkembangnya digitalisasi.
"Inflasi VF diprakirakan terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan daerah," ujarnya.