Luhut Khawatir Teknologi AI Ambil Alih Peran Manusia di Pemerintahan

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) mengikuti pelantikan menteri dan kepala lembaga tinggi negara Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2024). Presiden Prabowo melantik 53 menteri dan kepala badan negara setingkat menteri dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.
2/12/2024, 16.38 WIB

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan kekhawatiran terhadap perkembangan teknologi kecerdasan artifisial (AI) yang dapat menggantikan peran manusia di berbagai sektor, termasuk di pemerintahan.

Kekhawatiran Luhut muncul usai menonton sebuah program televisi Amerika Serikat (AS) berjudul 60 Minutes. Program ini membahas bagaimana robot bisa melampaui kecerdasan manusia di masa depan.

"Bagaimana 10 tahun lagi ke depan robot bisa lebih cerdas dari manusia, tidak ada yang bisa menjawab. Tapi kalau sekarang ini benar dia (robot) bisa melakukan ini, apa yang terjadi?," ujar Luhut dalam acara forum Penguatan Transformasi Tata Kelola dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kantor Lembaga Administrasi Negara (LAN), Jakarta, Senin (2/12).

Luhut membayangkan bagaimana Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak dioperasikan oleh robot. Sehingga peran manusia mulai tersisih.

Kemudian dalam pidatonya, Luhut menceritakan pengalamannya menghadiri acara Quantum Gathering di Bali, yang membahas kemajuan teknologi komputasi kuantum.

Menurut Luhut, teknologi ini memiliki potensi besar untuk memecahkan berbagai masalah dengan kecepatan yang jauh melampaui teknologi saat ini. Jika tidak hati-hati, masyarakat bisa tertinggal dan kalah dari segi efisiensi.

Inflasi dan Utang RI Masih Rendah

Di tengah transformasi teknologi yang pesat, Indonesia dinilai masih memiliki modal besar untuk menjaga stabilitas ekonomi. Dia bahkan optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa mencapai 5,3% ke depan.

Apalagi, inflasi Indonesia masih rendah dan rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,68%. Tercatat inflasi bulanan (mtm) mencapai 0,30% dan inflasi tahunan (yoy) 1,55% pada November 2024.

"Inflasi yang masih rendah juga modal besar yang bagus, utang kita terhadap PDB juga masih 38% dan seterusnya. Kita yang terendah inflasi di antara negara G20, kita punya modal yang banyak sekali, pemerintahan yang stabil itu juga modal kita semua,” ujarnya.

Namun pemerintah tetap harus hati-hati dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang tinggi. Ini adalah indikator ekonomi untuk mengukur efisiensi investasi dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Luhut juga menyoroti pentingnya kepemimpinan yang inklusif untuk menghadapi tantangan global, termasuk disrupsi teknologi. Sehingga mendorong pemimpin di berbagai level pemerintahan untuk melibatkan tim secara aktif dalam mencapai tujuan bersama.

“Saya tidak pernah mengklaim prestasi itu milik saya. Itu semua adalah prestasi tim. Dengan begitu, mereka juga punya rasa memiliki terhadap keberhasilan yang dicapai,” kata dia.

Reporter: Antara