Ekonom Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2025 Kisaran 5,15%, Ini Faktor Pendorongnya

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/agr/YU
Wisatawan berfoto di kawasan Jalan Malioboro, Yogyakarta, Rabu (27/11/2024). Menteri PPN/Bappenas Rachmat Pambudy mengatakan, wisatawan internasional maupun wisatawan domestik sangat bisa diandalkan sebagai penyangga pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Penulis: Rahayu Subekti
3/12/2024, 20.37 WIB

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan hanya mencapai 5,15% sehingga tak jauh dari level 5%. Josua menyebutkan ada beberapa faktor utama yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2025. 

“Konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian,” kata Josua dalam acara 2025 Economic Outlook Permata Bank di Jakarta, Selasa (3/12).

Lebih jauh Josua menjelaskan, proyeksi ini memberikan dasar kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Selain itu, pemerintah juga perlu memaksimalkan potensi konsumsi rumah tangga, memperkuat diversifikasi ekspor, serta menarik investasi asing langsung.

Dia menambahkan, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis dibutuhkan. “Ini agar mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global,” ujar Josua.

Inflasi 2025 Masih Terjaga

Sementara itu, Josua juga memproyeksikan inflasi Indonesia pada 2025 masih dalam sasaran pemerintah. Bank Indonesia saat ini masih mematok inflasi RI pada 2024 dan 2025 berada dalam kisaran 2,5% plus minus 1%.

“Inflasi Indonesia diproyeksikan masih berada dalam target Bank Indonesia di 3,12%,” kata Josua.

Meskipun begitu, Josua menuturkan pemerintah juga perlu mengantisipasi peningkatan inflasi pada 2025. Terlebih saat ini pemerintah berencana untuk menaikan pajak pertambahan nilai atau PPN dari 11% menjadi 12% serta cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).

“Kenaikan PPN serta cukai minuman manis akan memberikan tekanan terhadap inflasi,” ujar Josua.

Ia pun mengatakan, investasi masih akan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Josua memperkirakan, investasi di Indonesia diprediksi masih akan terus bertumbuh.

“Ini didukung oleh penurunan biaya pinjaman dan kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan UMKM,” kata Josua.

Meskipun begitu, ia mewanti-wanti akan adanya risiko eksternal yang perlu diantisipasi. Hal itu seperti tarif perdagangan baru AS dan penguatan inflasi global.

Hanya saja, Josua optimistis, Indonesia tetap memiliki prospek pertumbuhan yang positif. “Hal ini diperkuat dengan inisiatif diversifikasi ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu dan memperkuat daya saing global,” ujar Josua.

Reporter: Rahayu Subekti