Di Arab Saudi, Sri Mulyani Bahas Peran Pajak dan Zakat untuk Dorong Ekonomi

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/Spt/am.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
9/12/2024, 11.38 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkesempatan menghadiri undangan Menteri Keuangan Saudi Arabia Mohamed Al-Jadaan dalam Konferensi International bertajuk Zakat, Tax, and Customs pada 4-5 Desember 2024.

Melalui akun Instagram pribadinya @smindrawati, bendahara negara ini menceritakan pengalamannya menjadi pembicara bersama menteri keuangan negara Timur Tengah lain dalam konferensi yang berlangsung di Riyadh,  Saudi Arabia itu.

Sri Mulyani mengatakan bahwa negara-negara di Timur Tengah tengah banyak melakukan reformasi keuangan negara, kebijakan fiskal, dan perpajakan. “Pajak, bea cukai, dan zakat untuk memodernisasi ekonomi,” tulis Sri Mulyani, Minggu (8/12).

Hal itu bisa mendorong dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dampak dari pajak, bea cukai, dan zakat juga menurutnya bisa memberikan kesejahteraan merata.

Pada kesempatan itu, pihaknya diminta bicara mengenai pengalaman Indonesia dalam memulihkan ekonomi setelah Covid-19, tantangan kebijakan fiskal, reformasi perpajakan, dan tata kelola keuangan global. “Ini sangat dinamis dan menantang namun penting bagi semua negara,” tulis Sri Mulyani.

Menurut dia, Indonesia dapat belajar banyak tentang kebijakan ekonomi dan politik, diversifikasi ekonomi, dan transformasi ekonomi dari negara-negara lain, termasuk dari Saudi Arabia dan Negara Teluk lainnya.

Bahas Tantangan Pembangunan dengan IsDB

Dalam kunjungan ke Saudi Arabia, Sri Mulyani juga bertemu dengan Presiden Islamic Development Bank (IsDB), Muhammad Sulaiman Al Jasser. Dalam pertemuan tersebut, perempuan yang kerap disapa Ani ini membahas tantangan pembangunan untuk negara-negara anggota IsDB.

Ia juga membahas arah dan kerangka strategis operasi IsDB selama 10 tahun ke depan. Al Jasser menjelaskan terkait reformasi dalam operasi, bisnis model dan instrumen serta keuangan IsDB.

“Ini penting agar anggota IsDB terutama mereka yang masih dalam status negara berpendapatan rendah dan tantangan pembangunan sangat besar serta ruang negara juga sangat terbatas,” tulis Sri Mulyani.

Dia mendorong agar diversifikasi staf dan manajemen IsDB terutama dari Indonesia sebagai pemegang saham terbesar ke-3 di IsDB. Hal ini menjadi tantangan bagi tenaga profesional asal Indonesia agar bisa aktif dan maju berkarier di lembaga internasional. 

“Ini untuk menjaga kepentingan Indonesia, ikut aktif dalam kiprah dan kancah proses pembangunan di seluruh pelosok dunia,” tulis Sri Mulyani. 

Reporter: Rahayu Subekti