PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) tengah menjalankan proses transformasi menjadi Lembaga Pembiayaan Pembangunan atau Development Financial Institution (DFI). Direktur Utama SMI Reynaldi Hermansjah menganalogikan transformasi ini seperti layaknya Bank Dunia versi mini.
“World Bank kan lembaga keuangan yang memberikan pinjaman ke banyak negara. Kami dianalogikan skala kecilnya. Kami memberikan pembinaan kepada pemerintah daerah (pemda),” kata Reynaldi dalam acara media gathering di Hyatt Regency, Bali, Selasa (10/12).
Proses transformasi SMI menjadi mini World Bank dilakukan untuk mendorong porsi pembiayaan, terutama proyek infrastruktur. "Porsi pembiayaan untuk pemda masih kecil. Kami ingin mengejar pembiayaan (lebih besar) sehingga peran kami sebagai DFI bisa terlaksana,” ujar Reynaldi.
Berdasarkan catatan SMI, komposisi pembiayaan terbesar untuk badan usaha mencapai Rp 82,38 triliun. Lalu, di urutan berikutnya adalah pembiayaan kepada pemda sebesar Rp 38,97 triliun.
SMI juga mencatat pembiayaan terbesar ketiga untuk syariah mencapai Rp 14,94 triliun. Lalu keempat, penerusan pinjaman senilai Rp 6,72 triliun dan penyertaan modal sebesar Rp 4,35 triliun.
Perusahaan saat ini sudah melakukan pemetaan terhadap 547 pemda di Indonesia. “Ke depan, kami akan melakukan klasterisasi, mengelompokkan pemda dari sisi kemampuan fiskal mereka. Skema pembiayaannya nanti bisa ditentukan,” ujar Reynaldi.
SMI Salurkan Pinjaman ke RSUD Sanjiwani
Salah satu pembiayaan infrastruktur yang disalurkan SMI yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani di Kabupaten Gianyar, Bali. Reynaldi menyebut pembiayaan yang sudah disalurkan mencapai lebih dari Rp 500 miliar.
“Jadi total pembiayaan itu ada tiga kali yaitu 2016, 2020, dan 2021,” katanya.
Pinjaman pada 2016 sekitar Rp 150 miliar dan sudah dilunasi pada 4 April 2022. Selanjutnya, pembiayaan dengan fasilitas pemulihan ekonomi nasional (PEN) disalurkan ke RSUD Sanjiwani pada 2020 sekitar Rp 134,45 miliar dan pada 2021 sekitar Rp 343,40 miliar.
Berdasarkan data RSUD Sanjiwani, sejak penambahan fasilitas dilakukan terjadi peningkatan kunjungan pasien hingga 58%. Lalu dari sisi ekonomi, pendapatannya juga meningkat nyaris 200% dari Rp 94 miliar pada 2019 menjadi Rp 275 miliar pada 2023.