IMF Beri Peringatan Risiko Besar dari Kebijakan Tarif Trump ke Ekonomi Global

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj/22.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva menilai, kebijakan tarif AS akan menimbulkan risiko signifikan terhadap ekonomi dunia.
Penulis: Agustiyanti
4/4/2025, 15.58 WIB

Dana Moneter Internasional atau IMF memberikan peringatan terkait risiko signifikan yang dapat timbul dari kebijakan tarif impor yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (3/4).  

“Kami masih menilai implikasi ekonomi makro dari langkah-langkah tarif yang diumumkan, tetapi langkah-langkah tersebut jelas merupakan risiko yang signifikan terhadap prospek global di tengah pertumbuhan yang lambat," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (4/4). 

Ia menilai, penting untuk menghindari langkah-langkah yang dapat semakin merugikan ekonomi dunia. Georgieva pun mengimbau Amerika Serikat dan mitra dagangnya untuk bekerja secara konstruktif guna menyelesaikan ketegangan perdagangan dan mengurangi ketidakpastian.

Risiko Resesi Ekonomi Makin Nyata

JP Morgan sebelumnya memberikan peringatakan bahwa resesi global kemungkinan besar akan terjadi pada tahun ini akibat kebijakan tarif impor AS. Bank investasi asal AS ini menaikkan proyeksi mereka terkait potensi resesi ekonomi AS pada tahun ini dari sebelumnya 40% menjadi 60%. 

Mengutip Wall Street Journal, tarif pembalasan oleh negara lain, melemahnya sentimen bisnis di AS, dan gangguan rantai pasokan akan memperburuk keadaan. Skenario di mana AS memasuki resesi tetapi negara-negara lain di dunia tidak mengalaminya juga mungkin terjadi, meski kecil kemungkinannya.

JP Morgan menghitung, rata-rata tarif impor AS akan naik 20%. Ekonom Bruce Kasman mencatat, kenaikan tarif ini adalah yang tertinggi sejak 1968. Pembuat Jeep Stellantis telah menghentikan produksi di pabrik perakitan mobilnya di Meksiko dan Kanada.

Lebih dari 100 negara akan dikenakan tarif, termasuk Indonesia sebesar hingga negara-negara kecil seperti Fiji sebesar 32% dan negara-negara ekonomi miskin seperti Haiti 10%. Negara-negara kecil dan miskin kemungkinan akan menjadi pihak yang paling sulit masuk antrian untuk menegosiasikan tarif yang lebih rendah dalam waktu dekat.

Mengutip CBS, para ekonom telah memberikan peringatan terkait dampak tarif yang luas, yang akan mempercepat inflasi dan melemahkan pertumbuhan ekonomi AS. Itu karena tarif yang ditetapkan oleh Trump akan dibayarkan oleh para pelaku bisnis di Amerika yang mengimpor barang dan bahan dari negara lain, dan mereka kemungkinan akan membebankan sebagian atau semua biaya tersebut kepada konsumen melalui harga yang lebih tinggi.

Mereka pun memperkirakan, inflasi kemungkinan akan kembali terjadi, yang dapat menyebabkan beberapa rumah tangga AS menahan pengeluarannya. Belanja konsumen menyumbang sekitar 70 sen dari setiap US$1 PDB sehingga pertumbuhan ekonomi AS berpotensi melambat.

Kondisi-kondisi tersebut dapat menciptakan "stagflasi," gabungan dari "stagnasi" dan "inflasi" yang menggambarkan periode ketika pertumbuhan ekonomi tersendat bahkan ketika harga-harga tetap sangat tinggi.

Apa itu resesi ekonomi?

Resesi ekonomi adalah penurunan yang mencakup sedikitnya dua kuartal berturut-turut pertumbuhan negatif produk domestik bruto sebuah negara. Kebijakan tarif Trump dinilai memicu resesi  ekonomi AS.

Kepala Ekonom Moody's Analytic Mark Zandi menilai, resesi ekonomi AS maupun global berpotensi terjadi jika tarif baru AS memicu tindakan pembalasan dari negara lain. Ia memperkirakan, resesi AS kemungkinan akan mengurangi PDB sebesar 2% dan meningkatkan pengangguran tahun depan menjadi 7,5%, naik dari tingkat saat ini sebesar 4,1%.

Namun, Zandi melihat kemungkinan skenaro itu terjadi hanya 15%. Jika pemerintahan Trump menurunkan beberapa tarif dan menawarkan pengecualian untuk beberapa produk atau negara, risiko resesi akan lebih ringan, dengan pengangguran mencapai puncaknya pada 5,5%,.

Meski banyak ekonom mengemukakan kemungkinan terjadinya resesi, mereka juga mengatakan perekonomian tetap relatif kuat, dengan pengangguran rendah dan pertumbuhan stabil. Banyak hal bergantung pada apakah pemerintahan Trump akan tetap mempertahankan tarifnya atau melonggarkan beberapa kebijakan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.