Ekonomi RI Melesat 5,12% di Kuartal II 2025, Ditopang Ekspor hingga Konsumsi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year), naik dari 5,05% pada periode yang sama tahun lalu. Angka ini mencerminkan pemulihan ekonomi nasional meski di tengah berbagai tekanan domestik dan global.
Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja positif di hampir seluruh lapangan usaha dan sebagian besar komponen pengeluaran. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 11,31%.
Disusul oleh Jasa Perusahaan sebesar 9,31%, Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,52%, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,04%.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Ekspor Barang dan Jasa yang naik 10,67%. Komponen lain yang turut menopang pertumbuhan adalah Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 7,82%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99%, dan Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,97%.
Hanya Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang terkontraksi sebesar 0,33%. Di sisi lain, Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDB, juga tumbuh cukup tinggi, yakni sebesar 11,65%.
Namun, bila dibandingkan kuartal sebelumnya, laju pertumbuhan tercatat melambat. Produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 5.947 triliun, sementara atas dasar harga konstan tercatat Rp 3.396,3 triliun.
“Pertumbuhan ekonomi bila dibandingkan kuartal I 2025 atau secara kuartalan tumbuh 4,04%,” ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, Selasa (5/8).
Angka ini lebih rendah dibanding kuartal I yang mencatatkan pertumbuhan 4,87% secara kuartalan.
Daya Beli Lemah dan Risiko Global Jadi Penghambat
Meski mencatat pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi, sejumlah ekonom menilai perekonomian Indonesia masih dibayangi tantangan struktural dan eksternal.
“Perekonomian kita saat ini masih menghadapi tekanan dari penurunan daya beli dan risiko disrupsi perdagangan global yang makin memburuk,” kata Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky.
Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 hanya akan mencapai 4,8% secara tahunan. Sementara untuk keseluruhan tahun, ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 4,75%.
Senada dengan itu, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia juga memperkirakan tren perlambatan. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diperkirakan melambat ke kisaran 4,7% hingga 4,8%, dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87%.
Sepanjang 2025, CORE memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,6%-4,8%, jauh dari target pemerintah di atas 5%.