BI dan Kemenkeu Bagi Beban Bunga SBN, Danai Kopdes Merah Putih-Perumahan Rakyat

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy (kiri), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar (kanan) mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR, di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/8/2025). Rapat tersebut membahas Pengambilan Keputusan Asumsi Dasar dalam RU
3/9/2025, 05.55 WIB

Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa mekanisme pembagian beban bunga Surat Berharga Negara (SBN) atau burden sharing dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menekan beban fiskal pemerintah sekaligus membuat pendanaan program ekonomi kerakyatan lebih terjangkau.

Sebagai bagian dari kebijakan moneter ekspansif, BI membeli SBN dari pasar sekunder. Sebagian dana dari hasil pembelian SBN kemudian dialokasikan Kemenkeu untuk program ekonomi kerakyatan, seperti perumahan rakyat dan Koperasi Desa Merah Putih.

“Dengan burden sharing atau pembagian beban bunga antara BI dan Kemenkeu, hal ini akan mengurangi beban pembiayaan program-program ekonomi kerakyatan dalam program Asta Cita,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja bersama DPD RI secara daring di Jakarta, Selasa (3/9).

BI dan Kemenkeu telah sepakat membagi beban bunga SBN melalui mekanisme burden sharing, masing-masing menanggung 50%. Perry mencontohkan, untuk pendanaan perumahan rakyat, beban efektif masing-masing pihak sebesar 2,9%, sedangkan untuk Koperasi Desa Merah Putih sebesar 2,15%.

Secara sederhana, formula burden sharing dihitung dari bunga SBN 10 tahun dikurangi hasil penempatan pemerintah di perbankan, kemudian sisa bunga dibagi dua.

“Kami terus bersinergi. Itu bukti BI berkomitmen erat dengan kebijakan pemerintah, mendukung Asta Cita, menjaga stabilitas ekonomi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi untuk ekonomi kerakyatan dan Indonesia maju,” ujar Perry.

BI Borong SBN Rp 200 Triliun

Berdasarkan data terkini, BI telah membeli SBN dari pasar sekunder sekitar Rp200 triliun. Langkah ini tetap dilakukan secara hati-hati dan prudent, sebagai bagian dari kebijakan moneter ekspansif yang menambah likuiditas di sistem keuangan.

“Kebijakan moneter kami memang ekspansif, tidak hanya melalui penurunan suku bunga, tetapi juga penambahan likuiditas melalui pembelian SBN dari pasar sekunder,” kata Perry.

Sejak September 2024, BI telah menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebanyak lima kali, dengan total penurunan 1,25% atau 125 basis poin, dari 6,25% menjadi 5%. Penurunan suku bunga ini diikuti turunnya imbal hasil (yield) SBN 10 tahun, dari 7,26% pada Januari 2025 menjadi sekitar 6,3%, yang semakin meringankan beban fiskal pemerintah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan apresiasi atas mekanisme burden sharing ini, karena memungkinkan dana program seperti Koperasi Merah Putih menjadi lebih murah bagi penerima manfaat.

Dia menekankan bahwa sinergi semacam ini penting agar BI tidak hanya menjaga stabilitas, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi secara proporsional, sambil tetap mempertahankan independensinya sebagai bank sentral.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Antara