Ekonomi Tumbuh 5,12%, Menkeu Purbaya Tegaskan Tak Ada Manipulasi Data BPS
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan tidak ada manipulasi data angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025, yang mencapai 5,12% secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini meningkat dibandingkan kuartal II 2024 yang sebesar 5,05%, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Sebagian dari anda menganggap angka ini salah 5,12%. Katanya 5+1+2 = 8, tapi bukan itu,” kata Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTA di Gedung Kemenkeu, Senin (22/9).
Purbaya menjelaskan sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025. Meski pertumbuhan ini lebih tinggi dibanding kuartal I yang memiliki momen ramadhan dan lebaran, faktor pendorong utamanya adalah peningkatan belanja konsumen dan peredaran uang yang cukup tinggi.
“Anda lihat laju pertumbuhan uang pada triwulan II 2025 itu cukup kencang. Jadi, memang itu yang mendorong belanja konsumen tumbuh kuat 5%,” ujar Purbaya.
Selain itu, pemerintah menggelontorkan bantuan sosial (bansos) dan berbagai insentif sepanjang April hingga Juni 2025, yang meningkatkan uang beredar di masyarakat. Dampak insentif tersebut baru terasa pada kuartal II 2025.
“Tapi triwulan II 2025 angkanya memang seperti itu, tidak ada manipulasi BPS. Kalau yang nyangkal-nyangkal itu, ekonominya nggak pada ngerti. Menteri Keuangan boleh ngomong gitu kan ya? Jadi liat juga suplai uang itu seperti apa,” kata Purbaya.
Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi
BPS mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 didorong oleh kinerja positif di hampir seluruh lapangan usaha dan sebagian besar komponen pengeluaran. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 11,31%.
Disusul oleh Jasa Perusahaan sebesar 9,31%, Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,52%, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,04%. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Ekspor Barang dan Jasa yang naik 10,67%.
Komponen lain yang turut menopang pertumbuhan adalah Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 7,82%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99%, serta Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,97%.
Sementara itu, Konsumsi Pemerintah (PK-P) tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,33%. Di sisi lain, Impor Barang dan Jasa, yang menjadi faktor pengurang dalam perhitungan PDB, tumbuh cukup tinggi, mencapai 11,65%.