Ringgit Malaysia Kian Perkasa Lampaui Rupiah dan Dolar Singapura, Apa Pemicunya?
Ringgit Malaysia terus menunjukkan penguatan di pasar valuta asing. Mata uang Negeri Jiran ini bahkan pada akhir pekan lalu mampu bergerak ke level terkuat dalam 13 bulan terakhir, yakni RM 4,1720 per dolar AS.
Penguatan ini menempatkan ringgit sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di Asia, mengungguli sebagian besar mata uang regional lainnya.
Berbeda dengan rupiah yang masih tertekan di kisaran Rp16.700 per dolar AS, ringgit Malaysia pada perdagangan pagi ini (12/11) masih bertengger di level kuatnya. Berdasarkan data Reuters, mata uang tersebut diperdagangkan di RM 4,122 per dolar AS, naik 0,39%.
Kenapa Kinerja Ringgit Perkasa?
Mengutip Bloomberg, penguatan ringgit didorong oleh memudarnya ekspektasi penurunan suku bunga Bank Negara Malaysia (BNM). Selain itu, meningkatnya optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia juga menjadi faktor pendorong utama.
Kondisi tersebut membuat ringgit menguat lebih dari 7% sepanjang tahun ini. “Ringgit kini berada di jalur untuk memuncaki Asia untuk tahun kedua berturut-turut,” ujar Stephen Chiu, Kepala Strategi Valuta Asing dan Suku Bunga Asia Bloomberg Intelligence di Hong Kong.
Chiu menambahkan, penguatan ringgit juga mendapat dukungan dari disiplin fiskal dan stabilitas politik di Malaysia, yang meningkatkan kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi negara tersebut.
Kinerja Melampaui Mata Uang Asia Lain
Ringgit tidak hanya menguat terhadap dolar AS, tetapi juga terhadap sejumlah mata uang utama kawasan. Nilai tukar ringgit melonjak ke level tertinggi sejak September 2022 terhadap dolar Singapura, dan mencetak rekor tertinggi baru terhadap rupiah.
Membaiknya permintaan eksternal turut mendorong perekonomian Malaysia, yang mencatat pertumbuhan tercepat dalam satu tahun terakhir pada kuartal III 2025. “Ringgit berada di posisi yang tepat dan tetap stabil sepanjang tahun,” kata Chiu.
Penguatan ini juga terjadi di tengah keputusan Cina dan Amerika Serikat untuk memperpanjang gencatan senjata tarif, setelah berminggu-minggu ketegangan dagang. Langkah tersebut memberi angin segar bagi perdagangan internasional, termasuk ekspor Malaysia yang sangat bergantung pada kedua negara tersebut.
Sementara itu, dolar Singapura cenderung stabil setelah Otoritas Moneter Singapura (MAS) melonggarkan kebijakan moneternya pada Januari dan April 2025. Adapun rupiah masih tertekan akibat kekhawatiran defisit fiskal, arus keluar obligasi asing, serta pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Momentum Pertumbuhan dan Arus Modal Asing
Penguatan ringgit juga didorong oleh arus masuk dana asing ke pasar obligasi Malaysia. Sepanjang Oktober 2025, aliran dana asing tercatat mencapai US$1 miliar, sementara pasar valuta asing domestik menunjukkan peningkatan likuiditas yang signifikan.
Selain itu, membaiknya permintaan eksternal turut memperkuat momentum ekonomi Malaysia. Pertumbuhan ekonomi negeri jiran tersebut pada kuartal III 2025 bahkan menjadi yang tercepat dalam satu tahun terakhir, seiring meredanya ketegangan perdagangan global setelah Amerika Serikat dan Cina memperpanjang gencatan senjata tarif.
Pada periode tersebut, ekonomi Malaysia tumbuh 5,2% secara tahunan (year-on-year), meningkat dibandingkan 4,4% pada kuartal sebelumnya. Capaian ini mencerminkan semakin kuatnya fundamental ekonomi Malaysia di tengah ketidakpastian global.