Foto: Ancaman Perang Besar di Timur Tengah, Amerika vs Iran

ANTARA FOTO/REUTERS/WANA (West Asia News Agency)/Nazanin Tabatabaee
Penulis: Arief Kamaludin
7/1/2020, 16.15 WIB

Jumat pekan lalu menjadi hari berkabung nasional bagi penduduk Iran. Jenderal Qassem Soleimani, pemimpin Pasukan Penjaga Revolusioner Negeri Para Mullah itu tewas saat berada di Irak. Serangan udara Amerika Serikat ke Baghdad menjadi penyebabnya. Ancaman perang pun muncul di Timur Tengah.

Departemen Pertahanan Amerika dalam situs defense.gov, menyatakan serangan udara tersebut atas perintah Presiden Amerika Donald Trump untuk melindungi personil tentaranya di luar negeri. Soleimani dituding sebagai pemimpin pasukan organisasi teroris Islam.

“Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan anggota pasukan Amerika serta koalisinya di Irak dan sekitarnya,” demikian Departemen Pertahanan Amerika menyampaikan argumentasinya.

(Baca: Konflik AS-Iran Dikhawatirkan Ganggu Ekspor RI ke Timur Tengah)

Pria berusia 62 tahun itu disebut merancang serangan ke markas pasukan koalisi di Irak dalam beberapa bulan terakhir. Termasuk dalam serentetan tersebut serangan pada 27 Desember 2019 yang menjadi insiden puncak atas tewasnya personel tentara Amerika maupun Irak. Soleimani juga menyetujui serangan terhadap Kedutaan Besar Amerika di Baghdad pada pekan lalu.

Independent.co.uk melaporkan bahwa Soleimani merupakan komandan paling terkenal dan ditakuti sejak Amerika memimpin invasi ke Irak pada 2003. Ia memimpin pasukan yang membantu Presiden Suriah Bashar Assad melawan pemberontak dan ISIS. Soleimani sempat selamat dari upaya pembunuhan oleh agen-agen Barat, Israel, dan negara-negara Arab selama dua dekade terakhir.

(Baca: Hubungan AS-Iran Memanas, Investor Mulai Meninggalkan Saham)

Atas insiden di Baghdad tadi, Presiden Iran Hassan Rouhani bersumpah akan membalasnya. “Pengorbanan Soleimani akan membuat Iran semakin mantap melawan ekspansi Amerika dan melindungi nilai-nilai Islam kami,” kata Rouhani.

Associated Press menyebutkan kematian Soleimani sebagai insiden terbaru dari serangkaian peristiwa yang dipicu oleh keputusan Trump untuk menarik Amerika dari kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara adidaya di dunia. Perselisihan Iran-Amerika sudah berlangsung lama sejak Revolusi Islam pada 1979.