Pada 5 November 2020 pukul 12.00 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Gunung Merapi Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III).
Kepala Balai Hanik Humaida mengatakan, pada 4 Januari 2021 Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi, ditandai dengan munculnya titik api diam di dasar lava. Balai Yogyakarta lalu berkoordinasi dengan pemda setempat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi bahaya seperti guguran lava, lontaran material vulkanik, dan luncuran awan panas dengan jarak maksimal lima kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Merespons hal tersebut Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY bersama masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi menghidupkan kembali kegiatan ronda merapi. Mereka memberikan pendampingan tentang mitigasi bencana berbasis komunitas yang terlatih. Kearifan lokal ini menjadi ujung tombak dalam memantau secara langsung seiring semakin seringnya terjadi guguran lava dan awan panas pada malam hari.
Menurut Komandan TRC BPBD Yogyakarta Pristiawan Buntoro saat ini masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi menjadi garda depan saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik. Karena itu perlu pendampingan tim BPPD Yogyakarta.
Setiap malam anggota TRC BPBD Yogyakarta menyambangi warga di tujuh desa di Kabupaten Sleman yang berada di Kawasan Rawan bencana III untuk melakukan ronda bersama. Anggota TRC BPBD Yogyakarta dan warga dibekali radio komunikasi yang untuk saling bertukar informasi terkait kondisi terkini.
Bagi warga lereng Gunung Merapi, peningkatan aktivitas dan erupsi gunung setinggi 2.968 meter di atas permukaan laut itu memang harus dihadapi. Ini merupakan siklus alam dan mereka senantiasa hidup berdampingan dengannya.