Foto: Mengintip Meriahnya Galeri Sepeda Kala Pandemi

Muhammad Zaenuddin|Katadata
19/6/2021, 07.00 WIB

Bersepeda menjadi salah satu jenis olahraga paling digemari di banyak belahan dunia sejak Covid-19 mewabah tahun lalu, termasuk di Indonesia. Ada yang menggunakannya ke tempat kerja, namun lebih banyak yang memakai untuk menyalurkan hobi barunya: gowes.

Seiring tingginya penggunaan moda transportasi jenis ini, tren penjualan sepeda melonjak. Semua jenis diburu, dari sepeda lipat hingga sepeda gunung. Ada satu masa konsumen mesti inden berbulan-bulan untuk sepeda road bike, misalnya. Lalu bermunculanlah gerai-gerai baru sepeda.

Awal tahun ini, misalnya, Agung Sedayu Group membuka Pusat Sepeda Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 di lahan seluas 9.941 meter persegi. Banyak brand hadir di sana, dari dalam dan luar negeri. Sepeda, komponen, dan aksesorisnya tersedia.

Tak hanya itu, area ini terintegrasi dengan jalur favorit sepede di PIK 2. Karena itu ada pula fasilitas exclusive restroom untuk mandi para pegowes. Lalu, bila terasa lapar, ada kedai makanan yang juga berjajar.

Setelah diburu banyak orang, permintaan sepeda, khususnya jenis lipat, sedang menyusut dua bulan terakhir, walau masih lebih tinggi dari sebelum pandemi. Efeknya, harga sepeda mulai turun, sebuah kabar baik bagi konsumen.

Penurunan ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya fenomena pindahnya minat pengguna sepeda lipat ke jenis sepeda lain seperti road bike. Albert, Head Officer di salah satu toko di Pusat Sepeda PIK 2 mengatakan, “Penjualan sepeda menurun sekitar 30 %, tapi masih lumayan rame,” kata Albert kepada Katadata.co.id.

Seperti sepeda merek 3sixty, ketika permintaan melonjak harganya di atas Rp 10 juta, kini bisa satu digit. Dari pantauan Katadata.co.id, memang masih ada pengunjung yang melihat dan membeli sepeda. Menurut Albert, penurunan ini lantaran rata-rata orang telah memiliki sepeda, sehingga kini beralih membeli parts dan aksesoris lainnya.