Sekitar tahun 1970-an, Kapuk Teko merupakan tempat yang asri. Di sekeliling kampung masih terdapat sawah dan saluran irigasi, sebuah daerah serapan dan drainase alami. Rumah-rumah penduduk masih menapak di tanah, dengan sertifikat hak milik sampai saat ini.
Menurut Nani, warga di sana yang berumur 56 tahun, saat itu daerah di Cengkareng, Jakarta Barat tersebut hampir tak pernah terkena banjir. Bahkan, karena konturnya yang cukup tinggi kerap menjadi tempat evakuasi banjir dari daerah lain. “Orang sana yang dulu mengungsi ke sini,” kata Nani kepada Katadata.co.id di rumahnya.
Namun situasi berubah memasuki tahun 1980-an. Banyak petak sawah dan saluran irigasi mulai ditimbun. Di atasnya dibangun pabrik. Lalu, gagasan pemerintah meninggikan jalan di Kapuk Raya semakin membuat Kapuk Teko seperti mangkuk. Kondisi ini berlangsung hingga kawasan tersebut terendam sedalam hampir dua meter selama puluhan tahun.
Lalu, masyarakat saat ini pun lebih mengenal pemukiman ini dengan julukan Kampung Apung. Memasuki 1990-an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan lebat. Puluhan warga terpaksa meninggikan bangunan rumah mereka dengan tembok dan kayu-kayu menjadi rumah panggung, bak di sebagian Kalimantan.
Pada 2013, di masa pemerintahan Guberner Joko Widodo, sempat ada upaya untuk mengeringkan genangan di Kampung Apung. Namun usaha pemulihan tersebut mandeg. Sampai sekarang warga Kampung Apung belum bisa melihat permukaan tanah tempat berdirinya rumah mereka.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Akses masuk utama warga melalui jalan yang terbangun di atas genangan air di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, jakarta, Kamis,(29/7/2021). Genangan air yang merendam pemukiman warga di Kampung Apung berawal di tahun 1990-an beriringan dengan maraknya pembangunan pabrik industri dan perumahan elit di sekitar Kampung Teko (nama Kampung Apung sebelum digenangi air saat ini).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Potrait warga berpose di dalam rumah miliknya yang kian menyusut di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah warga beraktivitas di depan rumah panggung miliknya di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Bagunan rumah yang ditinggalkan pemiliknya akibat tak kuasa menahan beban puluhan tahun hidup diatas genangan air yang dipenuhi lumut hijau di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Di masa pemerintahan Guberner Joko Widodo, Kampung Apung sempat ada usaha untuk mengeringkan genangan tersebut. Namun usaha pemulihan tersebut mandeg. Sampai sekarang warga Kampung Apung masih belum bisa melihat permukaan tanah tempat berdirinya rumah mereka.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Seorang warga tertidur pulas di dalam rumah miliknya yang kian menyusut di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah warga beraktivitas di depan rumah panggung miliknya di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah warga beraktivitas di depan rumah panggung miliknya di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah bocah melintasi jembatan yang terbuat dari bambu di belakang rumah panggung miliknya di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Kondisi dapur rumah salah seorang warga yang tertimbun tumpukan karung berisi tanah untuk menhindari genangan air di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/20221). Sampai sekarang warga Kampung Apung masih belum bisa melihat permukaan tanah tempat berdirinya rumah mereka.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Potrait warga di dalam rumah miliknya yang kian menyusut di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah warga beraktivitas di depan rumah panggung miliknya di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Kamis, (29/7/2021). Memasuki era 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Jembatan penyebrangan orang yang terbuat dari bambu menjadi akses pejalan kaki yang hendak menyebrang di Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, jakarta, Kamis, (29/7/2021).