Hingar bingar suara paku bumi terus menghentak. Beberapa pekerja menggunakan helm proyek bergelayut saat membangun Jakarta International Stadium (JIS), Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021). Tak ada yang istimewa selain kemegahan stadion yang dinantikan banyak orang, terutama pendukung tim kebanggan Ibu Kota Persija Jakarta.
Tak jauh dari proyek bangunan super megah itu, terhampar sawah nan hijau. Rupanya ada lahan pertanian yang disewa buruh tani bersebelahan dengan proyek tersebut. Dulunya itu lahan tidur yang dimanfaatkan petani, yang kebanyakan warga asal Indramayu, Jawa Barat, untuk berkebun.
“Sebelum ke sini, saya bertani di kampung. Berhubung ibu dan bapak sudah lebih awal bertani di sini, kami ikut menanam sejak lima tahun lalu” kata Yuna, petani yang melanjutkan perjalanan hidup kedua orang tuanya sebagai petani kota, saat ditemui di rumah gubuknya.
Menjadi buruh tani di Ibu Kota bukanlah hal yang mudah. Lahan tidur seperti ini kian menghantui para petani. Perubahan peruntukan dan diambilnya lahan menjadi masalah musiman.
Selain Yuna, di lahan itu ada belasan petani lain yang menyewa tiap petak sawah dengan harga Rp 500.000 per bulan. "Makin luas petak yang kami sewa maka makin tinggi juga biayanya," kata Kadram.
Beberapa sayuran yang ditanam para petani di sini seperti kangkung, sawi, bayam, kemangi, dan pare. Mereka menjual hasil panennya ke pasar terdekat, Pasar Bambu Kuning, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Para petani yang kepemilikan lahannya belum jelas itu harus memutar otak untuk tetap bertahan. Tak jarang sebagian dari mereka berpindah-pindah, bahkan kembali ke kampung halaman karena sulitnya mencari lahan kosong di Jakarta untuk digarap.
Kadram, 45, misalnya memilih kembali bertani dekat proyek JIS lagi. Ia sempat pulang ke kampung karena penghasilan yang makin hari makin tak menentu. Namun peruntungan di kampung hasilnya juga nihil.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Di lahan yang digarap Yuna dan Kadram, saat ini berdiri belasan gubuk para petani. Mereka menetap dan tinggal di sana, petani kerap bekerja sama dan saling membantu. Meski dengan sedikit penerangan mereka meilih untuk tetap bertahan agar tetap bisa makan.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Seorang petani asal Indramayu, Jawa Barat beristirahat usai menyemprotkan cairan insektisida ke lahan pertanian yang ia di Kawasan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (20/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah anak-anak bermain dengan anjng peliharaannya di lahan pertanian yang disewa orang tuanya di balik proyek megah Jakarta International Stadium (JIS), Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sebuah sepeda milik anak petani terpancar sinar mega proyek Jakarta International Stadium (JIS), Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah anak laki-laki bermain di lahan pertanian yang disewa orang tuanya di balik proyek megah Jakarta International Stadium (JIS), Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021). Lahan pertanian milik PT.Buana Permata Hijau itu awalnya adalah lahan tidur yang diamanfaatkan petani untuk berkebun dengan biaya sewa Rp.500.000/bulan satu petaknya.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Seorang petani memasukkan cairan insektisida ke dalam tabung di lahan pertanian yang ia sewa di balik proyek megah Jakarta International Stadium (JIS), Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Refleski proyek megah Jakarta International Stadium (JIS) terlihat samar-samar dari etalase plastik milik petani di Wilayah Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Seorang petani menyemprotkan cairan insektisida di lahan pertanian yang ia sewa di balik proyek megah Jakarta International Stadium (JIS), Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021). Lahan pertanian milik PT.Buana Permata Hijau itu awalnya adalah lahan tidur yang diamanfaatkan petani untuk berkebun dengan biaya sewa Rp.500.000/bulan satu petaknya.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Keluarga Yuna beraktivitas di depan rumah gubuk miliknya yang sudah ia tinggali selama 5 tahun terakhir, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021). Meski kerap kali alami kesulitan tinggal di lahan tidur dan bergantung pada hasil panen yang kian hari tak menentu Yuna dan Endi suaminya tetap berusaha meneruskan perjuangan orang tuanya yang lebih awal menempati lahan itu.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Refleski proyek megah Jakarta International Stadium (JIS) dari aliran air di lahan pertanian di Wilayah Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021). Sebelumnya para petani yang menyewa lahan tidur itu dilarang membuat penarangan maupun kebisingan, namun kini proyek megah JIS memberi penerangan bagi para petani yang hendak beraktivitas di malam hari.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Kadram seorang petani asal Indramayu, Jawa Barat beristirahat usai menyemprotkan cairan insektisida ke lahan pertanian yang ia di Kawasan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (20/8/2021). Beberapa tahun terkahir para petani di lahan pertanian yang berdekatan dengan Jakarta International Stadium (JIS) akui sering kali alami gagal panen karena cuaca tak menetu.
Muhamamd Zaenuddin|Katadata
Seonggok tumbuhan kangkung hasil panen petani kota dikumpulkan setelah di cuci, kemudian dikirim ke pengepul di Pasar Bambu Kuning, Tanjung Priok Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021). Hasil panen dari lahan itu dihargai Rp. 500.00 perikat dan Rp.5.000. perkilogramnya tergantung kualitas tanaman.
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Yuna (salah satu petani kota) bersama kedua anaknya, Citra, dan Faiz berpose saat hendak beristirahat di dalam rumah gubuk miliknya, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Refleski proyek megah Jakarta International Stadium (JIS) terlihat samar-samar dari aliran air di lahan pertanian di Wilayah Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat, (20/8/2021).