Foto: Unjuk Rasa Peduli Satwa Primata di Kedubes AS

Muhammad Zaenuddin|Katadata
14/9/2023, 00.01 WIB

Koalisi Primates Fight Back melakukan unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerikat Serikat, Jakarta, Rabu (13/9). Dalam aksi tersebut massa aksi menuntut pemerintah Amerika Serikat menghentikan perdagangan monyet ekor panjang dan beruk yang diimpor dari Indonesia. Tuntutan ini sejalan dengan laporan terbaru dari The International Union for Conservation of Nature (IUCN), dalam the IUCN RED yang menyimpulkan bahwa dua spesies monyet di Indonesia itu dalam status terancam dan membutuhkan perlindungan.

Relawan yang tergabung dalam Koalisi Primates Fight Back menggunakan topeng kertas sebagai metafora monyet ekor Panjang (Macaca fascicularis). Masa aksi menyikapi beberpa fokus di antaranya; kasus perburuan, perdagangan, juga kekerasan. Keempat petisi tersebut berisi tuntutan yang sama terhadap pemerintah Amerika Serikat agar menghentikan pembelian monyet ekor panjang dan beruk yang diimpor dari indonesia. Di luar itu, mereka juga menunutut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) segera meneliti upaya konservasi monyet dan tidak menerbitkan rekomendasi kuota ekspor di Indonesia.

Pada bulan Oktober 2022, Macaque Coalition Asia for Animals menerbitkan The Macaque Report, Indonesia's Unprotected Primates. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa keterampilan monyet mencari sumber makanan hingga ke kawasan hidup manusia disalahartikan sebagai populasi monyet liar melimpah. Mereka kemudian dilabeli sebagai “hama” yang menjadi pembenaran beberapa pihak untuk memburu dan memisahkan bayi monyet dari orang tuanya, menjual di pasar sebagai peliharaan, menyiksa, dan membunuh kawanan monyet dalam jumlah besar.

Kenyataannya, dalam beberapa dekade terakhir jumlah monyet di alam liar terus menurun. “Sudah terlalu lama negara melakukan pembiaran terhadap segala tindak kejahatan yang terjadi terhadap monyet dan beruk, yang mengancam hak hidup mereka di hutan. Dengan tidak menetapkan mereka sebagai satwa dilindungi, berarti negara turut andil dalam depopulasi kedua spesies tersebut, dan membiarkan terjadinya konflik serta terganggunya keseimbangan lingkungan.” kata Fiolita Berandhini S.H., dari Animal Don’t Speak Human (ADSH).

Macaque Coalition juga menggarisbawahi peningkatan nyata eksploitasi monyet, berupa naiknya aktivitas penangkapan liar, peningkatan ekspor untuk tujuan biomedis. Sebelumnya, di bulan Maret 2022, The International Union for Conservation of Nature (IUCN) menaikkan status monyet ekor panjang dan beruk dari rentan menjadi terancam punah. Populasi kedua spesies ini juga terus menurun akibat alih fungsi lahan untuk pemukiman, kawasan ekonomi, pertanian dan perkebunan, serta perburuan.