[Foto] Mencicipi Rasa Khas Roti Gelora, Melegenda Sejak 1950

Katadata/Fauza Syahputra
Penulis: Fauza Syahputra
15/1/2025, 07.15 WIB

Harum roti tercium saat melintasi gang di Jalan Belakang Pasar, Bali Mester, Jatinegara, Jakarta Timur. Sedap wangi tersebut berasal dari proses pembuatan makanan di Toko Roti Gelora. Beragam jenis kudapan berbahan dasar tepung terigu diproduksi di toko ini, mulai dari roti tawar, sobek, manis, hingga biskuit yang dibanderol dengan harga Rp 15 ribu hingga 120 ribu, tergantung jenisnya.

Berdiri sejak 1950, Toko Roti Gelora masih eksis hingga sekarang. Pembelinya dari berbagai wilayah di Jakarta, bahkan ada yang dari Depok dan Cikarang. Ridwan, pemilik Toko Roti Gelora, mengatakan bahwa tokonya mampu bertahan hingga puluhan tahun karena menjaga kualitas rasa. "Dari dahulu roti kami isinya padat dan tidak pakai bahan pengawet," ujar lelaki 73 tahun ini kepada Katadata.co.id.

Menurut Ridwan, rasa rotinya masih sama dari awal berdiri hingga sekarang walaupun proses produksinya masih menggunakan tenaga manusia yang telah bekerja bersamanya selama hampir puluhan tahun. Melalui tangan terampil para pekerja, mereka secara cekatan memproduksi roti dengan baik mulai dari membuat adonan, memasukannya ke tempat pemanggangan, hingga mengemas roti untuk dijual ke konsumen.

Ridwan merupakan generasi kedua dari pemilik Toko Roti Gelora. Ia melanjutkan bisnis orang tuanya mulai tahun 1973 setelah lulus dari SMA. Dalam menjalankan usahanya, Ridwan dibantu 20 orang pekerja yang bertugas memproduksi roti dan melayani pembeli. Roti Gelora sudah memperoleh sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal.

Dalam segi penjualan, Roti Gelora hanya dipasarkan melalui toko saja dan pembelinya pun sebagian besar pelanggan lama. Salah satunya Sarah (58) yang sudah berlangganan Roti Gelora sejak 1980. Dia mengungkapkan bahwa rasa roti ini tidak kalah dengan produk roti modern. "Dari dulu rasanya tidak berubah, enak dan teksturnya lembut," ujarnya.

Dalam beberapa waktu terakhir ini, kata Ridwan, tokonya mulai ramai didatangi pembeli baru karena viral di media sosial. "Ada food blogger dia datang belanja, terus bikin video dan dikirim ke medsos," katanya. Dia pun senang dengan hal ini karena meningkatkan penjualan di tengah gempuran dan persaingan dengan produk roti modern.