Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk nomor empat terbesar di dunia. Menurut pandangan saya, Indonesia akan tetap menjadi lima besar dalam jumlah penduduk dan 10 besar dalam luas wilayah daratan selama kurun waktu 50 tahun ke depan.
Dilihat dari sisi kapasitas perekonomian, pada saat ini juga menggambarkan bahwa posisi Indonesia berada di peringkat 15 besar di dunia. Saya berharap kita masuk 10 besar pada 2030, bahkan menjadi top lima dunia pada 2050 sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduknya.
Jika secara konservatif pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten sebesar 5 persen per tahun selama 10 tahun ke depan, pada 2030 total produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai sekitar US$ 1,8 triliun. Itu setara dengan total PDB Kanada tahun 2018, yang berada di peringkat ke-10 dunia.
Sepuluh negara dengan PDB terbesar di dunia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir hanya tumbuh 1-2 persen per tahun, kecuali Tiongkok dan India. Nah, inilah kesempatan kita mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia paling sedikit 5 persen per tahun, sehingga kita bisa mencapai jumlah lebih besar daripada Kanada tahun 2018 saat memasuki tahun 2030 atau lebih besar daripada Jepang pada 2018 saat memasuki tahun 2050.
Sejarah membuktikan, pasca-reformasi politik dan tata negara pada 1998, selama 20 tahun rata-rata pertumbuhan ekonomi negara kita di atas 5 persen per tahun. Tentunya, dengan upaya yang wajar saja, seharusnya kita bisa mencapai target di atas.
Apakah mungkin PDB Indonesia mencapai lima besar dunia pada 2050?
Secara matematis, saya berharap kita bisa tumbuh rata-rata di atas 6,5 persen per tahun selama 30 tahun ke depan, sehingga kita bisa memposisikan diri menjadi lima besar.
Pertanyaannya, bagaimana cara mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga bisa di atas 6 persen selama 30 tahun ke depan? Itu telah dibuktikan oleh Tiongkok dalam kurun waktu 1979-2019 dengan rata-rata pertumbuhan di atas 7 persen per tahun.
Menurut pandangan saya, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guna merealisasi pertumbuhan tersebut, yakni:
- Stabilitas sosial-politik.
- Stabilitas keamanan masyarakat.
- Penegakan hukum tanpa pandang bulu dan konsisten.
- Membuka investasi yang luas sepanjang tidak bertentangan dengan konstitusi.
- Mendorong efisiensi dan produktivitas di segala cabang produksi, baik cabang yang dijalankan oleh sektor swasta maupun BUMN.
- Penyederhanaan peraturan perundangan dan propasar.
- Mendorong kompetisi yang sehat.
- Fokus pada kompetensi dan apa yang dimiliki oleh Indonesia dengan cara memberikan nilai tambah maupun hilirisasi.
- Menerapkan kebijakan perpajakan dan bea masuk dengan tarif yang bersaing.
Kesembilan saran di atas merupakan tanggung jawab kita semua. Tentunya ini akan sangat bisa dipelopori oleh pemerintahan yang produktif, bersih, beretika, dan berpikiran kompetitif.
Yang tidak kalah penting, untuk dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan, pertumbuhan ekonomi dalam tempo 30 tahun ke depan adalah konsistensi menjaga bumi tempat kita berpijak dan lautan tempat ekosistem tetap berjalan sebagaimana alam berjalan.
Upaya menjaga kelestarian lingkungan dengan menggunakan energi yang lebih bersih adalah suatu keniscayaan. Komitmen negara untuk mencapai bauran energi bersih minimal 23 persen pada 2025, baik yang dimanfaatkan untuk kelistrikan maupun transportasi serta bahan bakar, wajib kita kejar bersama-sama. Bahkan kami menargetkan bauran energi bersih dan terbarukan dapat mencapai minimal 60 persen pada 2050.
Secara perlahan, kita akan mengurangi pertumbuhan penggunaan energi fosil seiring dengan pertumbuhan teknologi energi baru dan terbarukan yang makin terjangkau oleh perekonomian kita.
(Artikel ini disunting dari buku “Menuju 5 Besar Dunia” yang dirilis di Jakarta pada 12 September 2019.)
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.