Indonesia: Risiko Ekonomi Tak Tumbuh

Seperti halnya Thailand dan Singapura, Indonesia juga tak lepas dari tekanan ekonomi imbas pandemi corona. Tekanan terjadi di antaranya pada sektor pariwisata, manufaktur dan ekspor.

Pada Februari lalu, Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio memperkirakan potensi kehilangan devisa pariwisata imbas absennya turis Tiongkok berkisar US$ 2,8 miliar atau lebih dari Rp 45 triliun. Ini dengan asumsi potensi jumlah kunjungan turis Tiongkok ke Tanah Air mencapai 2,7 juta, dan rata-rata belanja US$ 1.400 per kunjungan.

Bila memperhitungkan penundaan kunjungan dari turis lainnya, potensi kehilangan sekitar US$ 4 miliar atau setara Rp 65 triliun. Perhitungan ini sebelum perluasan travel ban oleh Indonesia dan penutupan wilayah atau lockdown di berbagai negara imbas lonjakan kasus corona.

Sedangkan risiko perlambatan di sektor manufaktur dan ekspor tergambar dari data neraca perdagangan Februari lalu. Impor anjlok, termasuk untuk bahan baku. Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, dampaknya pada kegiatan industri akan terasa setidaknya tiga bulan mendatang.

Golongan BarangJanuari 2020Februari 2020Januari-Februari 2020Pertumbuhan Bulanan (month-on-month)Pertumbuhan Tahunan (year-on-year)
Barang KonsumsiUS$ 1,47 miliarUS$ 881,7 jutaUS$ 2,35 miliar-39,91%5,28%
Bahan Baku/PenolongUS$ 10,57 miliarUS$ 8,89 miliarUS$ 19,46 miliar-15,89%-4,8%
Barang ModalUS$ 2,23 miliarUS$ 1,83 miliarUS$ 4,06 miliar-18,03%-10,64%
Total ImporUS$ 14,27 miliarUS$ 11,6 miliarUS$ 25,87 miliar-18,69%-10,64%

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pemerintah telah merilis dua jilid stimulus ekonomi, dan tengah mempersiapkan stimulus lanjutan. Stimulus jilid pertama berupa diskon tiket pesawat domestik hingga penghapusan pajak restoran dan hotel guna mendorong pariwisata. Stimulus jilid II terkait keringanan pajak terutama untuk industri manufaktur. Sedangkan stimulus jilid III terkait kesehatan dan bantuan sosial.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, berdasarkan skenario yang dibuat Kementerian Keuangan, ekonomi Indonesia bisa hanya tumbuh 2,5% bahkan tidak tumbuh tahun ini. Hal ini bila pandemi corona tidak teratasi dalam enam bulan dan terjadi penutupan wilayah atau lockdown, sehingga kinerja berbagai sektor industri turun tajam.  

Namun, jika virus ini bisa ditangani dengan cepat dalam waktu 3-6 bulan, dia optimistis pertumbuhan ekonomi masih bisa di atas 4%. Maka itu, ia berharap vaksin corona bisa segera ditemukan sehingga mendukung penanganan cepat pandemi ini. "Kalau bisa dilakukan cepat, tentu ini dampaknya akan pendek," ujarnya.

Di sisi lain, jika mengacu pada perhitungan dampak corona oleh Warwick Mckibbin dan Roshen Fernando dari Austalian National University, pertumbuhan ekonomi Indonesia berisiko hanya mencapai 3,7% bahkan lebih rendah di tengah meluasnya pandemi corona.

Halaman: