Belitan Masalah Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

123RF.com/Pakpong Pongatichat
Pemerintah menghentikan sementara pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung karena masalah pada manajemen proyek dan konstruksi.
Penulis: Sorta Tobing
4/3/2020, 18.12 WIB

Instruksi itu datang dari Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada pekan lalu. Pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dihentikan sementara selama dua pekan mulai 2 Maret 2020.

Pemerintah menilai kontraktor proyek, PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC, melakukan beberapa kelalaian. Dalam surat Kementerian PUPR bertanggal 27 Februari 2020, ada enam kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan.

Pertama, pembangunan proyek kurang memperhatikan kelancaran jalan Tol Jakarta-Cikampek. Kedua, manajemen proyek kurang baik. Hal ini terlihat dari pembiaran penumpukan material pada bahu jalan sehingga menggangu fungsi drainase, kebersihan, dan keselamatan pengguna jalan tol.

Ketiga, pembangunan proyek itu menyebabkan genangan air. Akibatnya, jalan tol kebanjiran, terjadi kemacetan luar biasa, dan mengganggu jalur logistik. Keempat, pengelolaan sistem drainase atau saluran air yang buruk.

Kelima, pembangunan pilar light rapid transit (LRT) yang dikerjakan KCIC di KM 3 +800 tanpa izin. Kementerian menilai hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan pengguna jalan. Terakhir, pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), keselamatan lingkungan, dan keselamatan publik, belum sesuai dengan aturan yang ada.

(Baca: Pekerja Kereta Cepat Asal Tiongkok Dikarantina Sebelum Bekerja)

Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar)

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyebut keputusan ini bukan penghentian. “Tapi perbaikan metode kerja,” katanya dalam keterangan resmi pada Senin lalu.

Kontraktor diharapkan tidak hanya mengerjakan infrastruktur saja, tapi perbaikan juga. Misalnya, saluran-saluran drainase yang tertutup akibat pembangunan proyek itu sebaiknya segera dibongkar. “Kemudian dibuat yang lebih baik supaya tidak tertutup lagi,” ucap Basuki.

KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia, PT Pilar Sinergi BUMN, dengan konsorisum Tiongkok, Beijing Yawan HSR Co Ltd. Mayoritas kepemilikannya dikuasai sinergi badan usaha milik negara, yaitu 60%, dan sisanya milik gabungan perusahaan China.

PT Pilar Sinergi BUMN terdiri dari Wijaya Karya, Jasamarga, Perkebunan Nusantara VIII, dan Kereta Api Indonesia. Bertindak sebagai pemimpin konsorsium adalah Wijaya Karya alias Wika.

Lalu, konsorsium dari Negeri Panda terdiri dari China Railway International Co Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.

Total investasinya mencapai US$ 6,07 miliar. Sebanyak 75% dana berasal dari pinjaman China Development Bank dan 25% berasal dari eukitas KCIC.

(Baca: Proyek Kereta Cepat Disetop Sementara, Menhub Lakukan Evaluasi)

Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan perbandingan beberapa proyek transportasi yang dikerjakan pemerintah. Kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan yang termahal.

Melihat situasi yang terjadi, Menteri BUMN Erick Thohir mendukung keputusan Kementerian PUPR. “Saya sudah meminta KCIC untuk mengevaluasi secara menyeluruh segala kekurangan manajerial proyek, terutama yang menyebabkan kerugian lingkungan dan sosial,” ujarnya.

Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana mengatakan instruksi dari Kementerian PUPR merupakan evaluasi bagi perusahaan. “Bukan dihentikan, kami kemarin ada saluran yang tersumbat. (perlu) Dievaluasi ulang supaya ada perbaikan kinerja teman-teman konsorsium China,” katanya.

Dalam dua minggu ini perusahaan akan melakukan evaluasi agar proyek transportasi tersebut bisa berjalan lagi. “Harapannya bisa lebih cepat dari dua minggu,” kata Direktur Transit Oriented Development dan Legal KCIC Dwi Windarto.

(Baca: KCIC Minta Bantuan Luhut Bebaskan Lahan Kereta Cepat Jakarta-Bandung)

Masalah Konstruksi Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Sejak melakukan groundbreaking pada 2016, pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung telah mengalami tiga masalah konstruksi. Kasus pertama terjadi pada 4 Februari 2018. Ketika itu sebuah crane dan bantalan rel di jalur Manggarai-Jatinegara terjatuh dan menewaskan empat orang pekerja.

Kemudian pada 22 Oktober lalu, proyek ini menyebabkan pipa bahan bakar minyak Pertamina terbakar. Lokasinya di samping Jalang Tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi), Jawa Barat. Jalur tol arah Cileunyi menjadi tersendat dan sempat ditutup sementara.

“Kebakaran diakibatkan adanya bored pile KCIC yang mengenai pipa bahan bakar Pertamina, yang menghubungkan Bandung-Cilacap,” kata Corporate Communication & Community Development Group Head, Dwimawan Heru, dalam keterangan tertulisnya.

Satu orang warga negara asing dan pekerja proyek bernama Li Xuanfeng, tewas dalam insiden tersebut. Dugaannya, ia terjebak dalam kebakaran hebat ketika sedang bekerja sebagai operator alat berat.  

Terakhir, gorong-gorong yang mampet di sekitar lokasi proyek membuat banjir sebagian ruas tol Jakarta-Cikampek dan wilayah sekitarnya sejak awal tahun ini. Yang terparah terjadi di Perumahan Bumi Nasio Indah, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Banjir yang masuk sempat mencapai dua meter pada pekan lalu.  

Wakil Gubernur Jawa Barat Ruzhanul Ulum menyebut proyek KCIC ternyata tidak memiliki Amdal atau analisis mengenai dampak lingkungan. “Amdal belum ada, proyek sudah dimulai, ya berdampak seperti ini,” ucapnya pada Jumat lalu, seperti dikutip dari detikcom.

(Baca: KCIC Akui Kebakaran Pipa Pertamina Terjadi di Proyek Kereta Cepat)

Selanjutnya:  Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bermasalah Sejak Awal

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Tri Kurnia Yunianto, Antara