Laris Manis E-Commerce dari ‘Booming’ Sepeda Saat Corona

123rf/ llesia
Ilustrasi ecommerce
Penulis: Desy Setyowati
12/10/2020, 08.30 WIB

Bersepeda menjadi tren di tengah pandemi corona. Perusahaan e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee termasuk yang ketiban untung dari tingginya peminat sepeda.

Saking seringnya orang berbelanja melalui mal elektronik ini, entah terkait sepeda atau barang yang lain, si kurir kadang sampai hafal beberapa nama dengan penanda tempat tinggalnya. "Oh, di belakang rumah Azizah, yang depannya pagar kuning?" tanya satu suara di seberang telepon pada peka lalu. 

Ifah baru menerima panggilan dari petugas jasa logistik. Tiga hari sebelumnya, warga Pondok Aren itu memang memesan aksesori sepeda di salah satu e-commerce. Pengalaman perempuan 40 tahun ini bagian dari potret ramainya orang berbelanja secara online saat ini. 

Angka-angka di Bukalapak, misalnya, memperlihatkan hal itu. Penjualan sepeda dan aksesorinya meningkat 20% selama pandemi Covid-19. “Peningkatan signifikan terjadi dari April ke Mei,” ujar VP of Marketplace Bukalapak Kurnia Rosyada kepada Katadata.co.id, Jumat (9/10).

Untuk menggaet peluang pasar sepeda, Bukalapak menggelar kampanye bertajuk ‘Bikin Asik Riding’ dengan memberikan promosi berupa serba Rp 75 ribu dan Rp 17 ribu, serta diskon hingga Rp 75 ribu. Ini berlaku untuk satu unit sepeda dan aksesorinya.

Tokopedia juga mencatat, penjualan sepeda per Agustus meningkat hampir lima kali lipat dibandingkan sebelum adanya pandemi virus corona. Tipe yang paling banyak dicari yakni sepeda lipat, gunung, dan anak.

“Kami melihat antusiasme yang sangat tinggi dari masyarakat dalam berolahraga, salah satunya bersepeda,” kata External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya kepada Katadata.co.id, Rabu lalu (7/10).

Sedangkan aksesori yang populer di Tokopedia pada kuartal III yaitu lampu, pompa ban, dan tas sepeda. Penjualan sepeda di platform unicorn Tanah Air itu terus melonjak selama pandemi virus corona. Sepanjang Maret-Juni lalu, transaksinya meningkat hampir tiga kali lipat, dan kini nyaris lima kali.

Lipsus Sepeda (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.)

Ekhel menyampaikan, perusahaan berfokus memberikan panggung seluas-luasnya bagi pegiat usaha lokal melalui gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia. Element Indonesia misalnya, menjual 200 unit sepeda lipat dalam 40 detik di Tokopedia pada awal Agustus lalu (3/8).

Transaksi tersebut masuk rekor MURI terkait penjualan sepeda lipat terbanyak dalam satu menit. “Kami melihat animo yang luar biasa dari masyarakat terhadap merek lokal,” kata Ekhel.

Meski begitu, pengusaha lokal seperti Element Indonesia bukan hanya membuka toko resmi online di Tokopedia. Berdasarkan situs resminya, Element hadir di Bukalapak, Shopee, Lazada, JD.ID, Blibli, Mbiz, Alfacart, dan Character-land.

Shopee pun mencatatkan lonjakan penjualan sepeda selama pandemi Covid-19. Namun, Head of Public Policy and Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo tidak memerinci besaran peningkatannya.

“Permintaan dan pembelian naik cukup signifikan,” ujarnya kepada Katadata.co.id. Data internal Shopee menunjukkan, tipe sepeda yang diminati yakni lipat dan roda gigi tetap (fixed gear).

Selain itu, pencarian dengan kata kunci sepeda meningkat saat pandemi. Per Juli lalu, peningkatannya hampir tiga kali lipat dibandingkan sebelum ada pagebluk corona.

Shopee gencar memberikan promosi untuk mendorong transaksi, termasuk sepeda. “Kami berusaha untuk terus menghadirkan penawaran atas produk yang diminati pengguna melalui beragam kampanye,” kata Radityo.

E-commerce asal Singapura itu memang menggelar kampanye promosi setiap bulan sejak Februari lalu. Nama program juga disesuaikan dengan waktu dan barang yang dipromosikan, seperi 2.2 Men Sale, 3.3 Fashion Sale hingga yang terbaru 10.10 Brands Festival.

Dengan banyaknya promosi, jumlah pesanan bruto yang masuk ke platform  tumbuh 150,1% yoy menjadi 615,9 juta pada kuartal II.

Nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) pun meningkat 109,9% yoy menjadi US$ 8 miliar atau Rp 118,8 triliun. Transaksi ini berdasarkan operasional Shopee di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Taiwan, dan Brasil.

Di Tanah Air, pesanannya lebih dari 260 juta selama April-Juni. Transaksi per hari rata-rata 2,8 juta lebih, meningkat 130% yoy.

Lalu Blibli mencatat, penjualan produk hobi khususnya sepeda meningkat hingga 2,5 kali lipat pada Maret dibandingkan sebelum ada pandemi. Untuk mendorong transaksi, perusahaan juga gencar memberikan penawaran.

Permintaan sepeda yang meningkat melalui platform e-commerce seiring perubahan gaya hidup masyarakat. Platform ecommerce menjadi sarana pembelian alternatif di tengah pembatasan aktivitas di luar rumah. Tingkat penggunaan layanan ini pun melonjak saat pandemi, sebagaimana Databoks di bawah ini:

Facebook dan Bain & Company memperkirakan, nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.

Berdasarkan laporan AppsFlyer bertajuk ‘The State of Shopping App Marketing 2020 Edition’, waktu yang dihabiskan konsumen Indonesia di platform e-commerce meningkat 70% selama Februari-Juni. Ini bertepatan dengan penerapan PSBB.

Peningkatan penggunaan layanan e-commerce itu bersamaan dengan melonjaknya permintaan sepeda.

Sekretaris Jenderal Apsindo Eko Wibowo pun menyampaikan, tingginya permintaan menjadi fenomena baru bagi produsen sepeda dalam 25 tahun terakhir. "Beberapa industri sudah meningkatkan produksi sampai 200% dari kapasitas normal,” ujarnya dalam podcast Katadata.co.id bertajuk 'Gowes Kala Pandemi: Sehat atau Gaya Hidup', pada Juli lalu (28/7).

Sepeda lipat dan dengan keranjang (city bike) menyumbang 60% permintaan di pasar global dan Indonesia. Kemudian 30% gunung, dan sisanya BMX atau bicycle motocross untuk anak.

Berdasarkan hasil riset iPrice, pemesanan sepeda naik 50% per Juli. Sepeda yang paling banyak dicari di Google yakni lipat, gunung, dan anak.

Kendati tren pencariannya mulai menurun, harga sepeda diprediksi tetap tinggi. Penyebab utamanya, karena pemerintah memperketat ketentuan impor sepeda roda dua dan tiga.

Kementerian Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 68 Tahun 2020 terkait ketentuan impor las kaki, elektronik, sepeda roda dua dan tiga, yang berlaku sejak 28 Agustus. Maka proses impor memerlukan persetujuan, yang berlaku paling lama setahun.

Eko mengatakan, kenaikan harga bisa terjadi lantaran sepeda impor yang telanjur dipesan tidak bisa masuk ke Tanah Air. Padahal, pemesanan dilakukan sejak Juni.

"Ribuan barang seharusnya masuk ke Indonesia pada September," kata Eko kepada Katadata.co.id, bulan lalu (2/8).

Harga sepeda yang awalnya diperkirakan turun bulan lalu, diprediksi tetap tinggi. Selain itu, beberapa pihak bisa memanfaatkan situasi ini untuk menaikkan tarif.

Eko memahami bahwa aturan tersebut bertujuan meningkatkan produksi dalam negeri untuk jangka panjang. "Namun bagi para importir, pelaksanaan kebijakan ini terlalu cepat," ujar dia.

Reporter: Desy Setyowati, Ameidyo Daud Nasution, Rizky Alika