Sinyal Melajunya Pertumbuhan Ekonomi di Pengujung Tahun

Leo Lintang/123rf
Ilustrasi. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga hanya mencapai 3,5%.
Penulis: Agustiyanti
8/11/2021, 07.52 WIB
  • Pertumbuhan ekonomi kuartal 3 hanya mencapai 3,5%, di bawah ekpektasi pemerintah yang mencapai 4,5%. 
  • Kasus Covid-19 yang terkendali dan pelonggaran pembatasan akan mendorong ekonomi tumbuh kuat pada kuartal keempat.
  • Ekonomi sepanjang tahun ini masih mampu tumbuh di kisaran 4%.

Ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini hanya tumbuh 3,51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu tak sesuai ekspektasi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mencapai 4,5%. Namun, berbagai pelonggaran pembatasan yang jor-joran diberikan pemerintah seiring kasus Covid-19 yang melandai memberikan optimisme bahwa kondisi ekonomi yang jauh lebih baik mendekati pengujung tahun. 

Ekonom OCBC NISP Wellian Wiranto menjelaskan, pelaku pasar sudah memahami kondisi ekonomi kuartal ketiga akan lebih berat karena lonjakan kasus Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat mal dan sebagian besar bisnis tutup. 

“Perlambatan ekonomi sudah diperkirakan. Namun, pertumbuhan 3,5% jauh lebih lambat dibandingkan kuartal II sebesar 7,07%, serta perkiraan kami 4% dan konsensus pasar sesear 3,88%,” ujar Welian dalam risetnya pekan lalu. 

Pertumbuhan yang berada di bawah ekspektasi terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga. Meskipun mampu tumbuh 1,03%, menurut Welian, capaian  ini lebih banyak didorong oleh penurunan pada kuartal ketiga tahun lalu. 

“Perlambatan konsumsi rumah tangga adalah dampak dari kekhawatiran konsumen terhadap penyebaran virus,” katanya. 

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga menilai konsumsi rumah tangga pada kuartal ketiga sangat terpengaruh oleh penyebaran varian delta di akhir tahun. Hal ini membuat konsumsi rumah tangga hanya menyumbang 0,6% terhadap pertumbuman ekonomi kuartal III 2021, anjlok dibandingkan kontribusi pada kuartal sebelumnya yang mencapai 6%. 

Andry melihat dampak pembatasan mobilitas akibat varian Delta hampir serupa dengan pembatasan sebelumnya. Sektor-sektor yang terkait dengan mobilitas seperti transportasi, hotel, dan restoran mencatatkan pertumbuhan negatif setelah membaık secara luas pada kuartal ketiga. 

“Sektor dengan kinerja terbaik adalah manufaktur, pertambangan, dan konstruksi,” kata dia.  

Di sisi lain, menurut Andry, pertumbuhan ekspor dan impor tetap kuat. Lonjakan harga komoditas serta pembukaan kembali ekonomi  global mendukung neraca Internasional Indonesia. 

Badan Pusat Statistik mencatat, komponen perdagangan internasional tumbuh paling kuat pada kuartal ketiga tahun ini. Ekspor berhasil tumbuh 29,16%, begitu juga impor yang tumbuh lebih tinggi mencapai 30,11%. 

Sementara empat komponen lainnya masih tumbuh positif sekalipun melambat. Konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 1,03%, konsumsi LNPRT tumbuh 2,96%, konsumsi pemerintah 0,66% dan investasi (PMTB) tumbuh 3,74%.

Ekonomi Masih Akan Tumbuh Kuat 

Meski kinerja ekonomi kuartal ketiga di bawah ekspektasi pemerintah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan capaian kuartal III masih merupakan hasil yang positif  meski melambat.

"Ini menunjukkan momentum pemulihan tetap terjaga dan akan semakin kuat  setelah terjadi penurunan kasus di pertengahan Agustus hingga akhir September 2021”, ujar Febrio pada Jumat (5/11). 

Pemulihan yang terjaga juga tercermin dari kinerja perekonomian yang masih berhasil tumbuh 1,55% dari kuartal sebelumnya. Selain itu, tren pemulihan juga terlihat dari tren kondisi ketenagakerjaan yang membaik pada Agustus 2021.

"Pemulihan ekonomi mampu membuka lapangan kerja baru sebesar 2,6 juta lapangan kerja dalam masa pemulihan," kata Febrio.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran pada Agustus 2021 mencapai 9,1 juta orang, atau 6,49% dari total angkatan kerja. Jumlah ini bertambah dibandingkan posisi Februari 2021 yang mencapai 8,5 juta orang atau 6,26%, tetapi turun dibandingkan Agustus 2020 sebesar 9,77 juta orang atau 7,07%. 

Febrio mengatakan, kinerja perekonomian sangat dipengaruhi oleh langkah pengendalian pandemi. Lonjakan kasus positif mendorong pemerintah menerapkan PPKM Darurat dan PPKM level 1-4. pada awal kuartal ketiga sehingga  berdampak signifikan terhadap mobilitas yang anjlok rata-rata 17,6% dari level normal sebelum pandemi.

Namun, mobilitas masyarakat sudah mulai membaik. BPS mencatat mobilitas masyarakat semakin longgar memasuki Oktober terutama seiring mulai terkendalinya kasus Covid-19. Kunjungan ke sejumlah tempat sudah mulai lebih ramai dibandingkan level sebelum pandemi.

Mobilitas masyarakat ke tempat perdagangan ritel dan rekreasi naik 4,4% dari level pra-pandemi. Begitu juga mobilitas ke tempat belanja kebutuhan sehari-hari naik 24,6%, serta mobilitas di taman juga tumbuh 2,3%. Meski begitu mobilitas di tempat transit dan tempat kerja masih terkontraksi.

Dengan kondisi tersebut, Febrio pun memperkirakan pemulihan ekonomi akan terus menguat hingga akhir tahun. Hal ini akan didorong oleh kasus yang terkendali dan percepatan vaksinasi. 

“Percepatan vaksinasi akan menjadi faktor penting untuk mendorong kepercayaan pelaku ekonomi. Per tanggal 4 November, total vaksinasi tercatat telah melampaui 200,7 juta dosis, termasuk vaksin booster,” kata febrio.

Pandangan serupa juga datang dari Wellian. Ia menilai, ada hubungan yang sangat erat antara penanganan pandemi dan konsumsi swasta dalam pertumbuhan ekonomi. Situasi pandemi yang saat ini terkendali dan langkah-langkah pembatasan sosial yang lebih longgar seharusnya mampu mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi kuartal keempat.

"Momentum perekonomian saat ini menuju arah yang benar. Para pembuat kebijakan dapat bernafas sedikit lega," kata dia. 

Kondisi kasus yang terkendali dan perekonomian yang mulai membaik membuat pemerintah dapat mengambil sikap untuk menuju konsolidasi fiskal. Pemerintah saat ini telah membatalkan rencana lelang obligasi untuk sisa tahun ini karena belanja yang berjalan lebih lambat dari harapan. Defisit APBN diperkirakan lebih rendah dari target yang telah dipatok yakni 4,58% terhadap PDB. 

Welian juga memperkirakan Bank Indonesia tidak akan mengubah kebijakan moneter pada sisa akhir tahun ini. "BI telah berulang kali mengisyaratkan tidak akan mengubah suku bunganya," kata dia. 

Sementara itu, Andry menilai pemulihan ekonomi Indonesia sudah mulai solid sejak semester pertama 2021 setelah berhasil keluar dari resesi. Meski melambat pada kuartal ketiga, ia memperkirakan, ekonomi akan tumbuh lebih kuat seiring pelonggaran pembatasan ekonomi. 

"Kami memperkirakan pelonggaran pembatasan dan akselerasi vaksinasi akan mendorong ekonomi pulih lebih cepat pada kuartal keempat," kata dia. 

Andry memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 3,69% pada sepanjang tahun ini. Proyeksi ini jauh lebih baik dibandingkan kontraksi ekonomi pada tahun ini. 

Reporter: Abdul Azis Said