Persimpangan Jalan Ganjar Pranowo

Richard Villalon/123rf
15/11/2021, 18.00 WIB
  • Ganjar Pranowo sudah menjadi simpatisan PDI-P sejak masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
  • Aktivitasnya di media sosial ikut mendongkrak elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai calon presiden di Pemilu 2024.
  • Jika PDI-P akhirnya tidak mengusungnya sebagai capres, bukan tidak mungkin Ganjar akan melupakan loyalitasnya dan berpaling ke partai lain, seperti Golkar.  

 

Masih mengenakan jersey sepeda dan helm, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terlihat asyik menyantap semangkuk mie instan. Momen itu terjadi di sebuah warung bubur kacang ijo (burjo) sederhana di Semarang pada awal November silam. Setengah berkelakar, ia protes kepada si penjual. 

“Ini mie-nya belum matang,” katanya.

Video singkat berdurasi dua menit itu ia bagikan di Twitternya @ganjarpranowo. Bukan kali ini saja kader PDI-P itu memamerkan momen kulinernya. Lewat akun Youtube-nya, Ganjar bahkan mendedikasikan satu playlist khusus ‘Kuliner Ala Ganjar’. Isinya lebih dari 90 video Ganjar me-review makanan di Jawa Tengah. Mulai dari warung sederhana hingga kafe kelas menengah. 

Ganjar adalah satu dari sedikit pejabat publik yang aktif di hampir semua media sosial. Twitternya punya 2,2 juta pengikut. Sementara di Instagram, pengikutnya sampai 4 juta-an. Ganjar juga rajin bikin video di akun Youtube. Hingga saat ini, ia sudah mengunggah 1.034 rekaman video. Isinya tidak melulu hal-hal serius. Selain kuliner, ia juga suka memamerkan tempat-tempat wisata. 

Ganjar Pranowo memang populer di media sosial. Jumlah subscriber akun Youtube-nya mencapai 1,16 juta. Ini membuatnya masuk tiga besar politisi Indonesia dengan pengikut terbanyak di Youtube. Jumlah pengikut Youtube Ganjar hanya kalah dari Presiden Joko Widodo dan mantan Bupati Purwakarta sekaligus Anggota DPR Dedi  Mulyadi.

Ganjar bukan orang baru di media sosial. Ia punya akun Twitter sejak 2010, saat masih jadi anggota DPR. Sejak jadi Gubernur, ia kian getol muncul di dunia maya. Ia bahkan mewajibkan Dinas-Dinas di Jawa Tengah untuk punya akun medsos dan harus menjawab keluhan warga paling lambat 1x24 jam.

“Saya sebagai pejabat publik harus ada public accountability. Saya harus melakukan sesuatu, saya harus multi-doing something dan itu saya lakukan seluruh media yang saya punya,” ujar Ganjar, bercerita soal aktivitasnya di media sosial pada Juli silam. 

Aktivitas Ganjar di media sosial sedikit banyak ikut mengerek popularitas dan elektabilitasnya. Prestasi politik Ganjar mulai menanjak saat ia bertarung di Pilkada Jawa Tengah 2013. Meskipun melawan petahana, Ganjar yang berpasangan dengan Heru Sudjatmoko sukses meraup 48,82% suara. 

Namun, lima tahun kemudian mesin politiknya agak mengendur. Ia memang masih memenangi Pilkada Jateng 2018. Namun, perolehan suaranya cuma 58,78%, angka yang kurang memuaskan bagi seorang petahana. Ia bahkan kalah di sejumlah wilayah yang harusnya jadi kantong basis PDI-P seperti Brebes, Tegal, Purbalingga, dan Kebumen. 

GANJAR MENCOBA JALUR ROAD BIKE JLNT JAKARTA (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.)
 

Elektabilitas Tinggi

Kendati Ganjar Pranowo populer di media sosial, bukan berarti peluangnya jadi calon presiden di 2024 akan berjalan mulus. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai praktik kampanye Ganjar di media sosial hanya menargetkan pemilih yang belum mengarah pada substansi calon pemimpin.

Dedi mengatakan meski cara tersebut berhasil menarik massa, ada risiko publik akan kesulitan menilai kualitas Ganjar selaku pemimpin. Ia juga mengkritik kepemimpinan Ganjar yang tidak menunjukkan perubahan berarti. 

"Sejak sebelum Ganjar kondisi pelayanan publik sudah demikian adanya, dan tidak ada perubahan mendasar," ujar Dedi kepada Katadata pada Senin (15/11).

Kendati demikian, elektabilitas Ganjar terbukti terus meroket. Sejumlah survei menunjukkan elektabilitas Ganjar di posisi kedua setelah Prabowo Subianto. Terbaru, survei dengan pertanyaan terbuka yang dilakukan oleh Indonesia Survey Center menyebut elektabilitas Ganjar mencapai 12,3%, terpaut 8% dari Prabowo. Ia juga mengungguli kandidat lain macam Anies Baswedan atau Sandiaga Uno.

Pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin mengatakan strategi Ganjar yang aktif di media sosial dibangun untuk menargetkan pemilih muda. Terlepas dari soal prestasi kepemimpinan, media sosial terbukti cocok bagi Ganjar. Lawat medsos, Ganjar menampilkan citra yang natural dan membumi. 

"Jadi keuntungan tersendiri buat Ganjar,” ujarnya, 

Elektabilitas Ganjar saat ini memang terlalu tinggi untuk diabaikan begitu saja. Sejumlah pendukungnya bahkan sudah mendeklarasikan Gubernur Jateng itu sebagai capres di hajatan Pemilu 2024. Masalahnya, PDI-P punya agenda lain. Sinyal-sinyal politik jelas menunjukkan kalau partai berlogo banteng itu ingin mengusung Puan Maharani, meskipun dalam beberapa kali survei elektabilitasnya masih sangat rendah.  

Salah satu pendukungnya, Albertus Sumbogo yang juga Wakil Ketua DPC PDI-P Purworejo, bahkan rela berseteru dengan petinggi partai. Pertengahan Oktober lalu ia sempat dipanggil DPP ke Jakarta terkait manuver politiknya. Ini terjadi setelah Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Bambang ‘Pacul’ Wuryanto menyebut barisan pendukung Ganjar bukan banteng, tetapi celeng.

Pendukung Ganjar menanggapi teguran itu dengan ringan saja. Mereka bahkan membuat dan mendistribusikan logo ‘Barisan Celeng Berjuang’. Menurut Albertus, teguran para petinggi partai tidak membuat barisan pendukung Ganjar melesu. 

“Makin ditekan, maka kami akan makin melawan,” ujarnya, tak lama setelah dipanggil DPP PDI-P di Jakarta.

Persimpangan Jalan

Situasi genting Ganjar di PDI-P rupanya turut dipantau oleh partai lainnya. Golkar jadi yang pertama memberikan perhatian. Wakil Ketua Umum Golkar Nurdin Halid menyebut Ganjar akan disambut hangat jika ingin menyeberang ke partai berlogo pohon beringin itu. Menurutnya, Ganjar akan sangat cocok dipasangkan dengan Ketua Umum Airlangga Hartarto. 

“Apakah jadi nomor 1 atau nomor 2, itu soal nanti," ujar Nurdin.

Sumber Katadata menyebut Golkar sejatinya baru sekadar tes ombak. Keputusan ini belum jadi pembicaraan di internal dan bukan keputusan resmi partai. Ini juga diamini oleh Ketua DPP Golkar Dave Laksono. "Saat ini pilihan Golkar adalah Airlangga Hartarto," ujar Dave kepada Katadata, Senin (15/11).

Nurdin juga enggan berkomentar banyak soal tersebut. "Itu sudah lewat tidak ada lagi komentar. Sudah berapa hari itu saya kira sudah cukup itu," ujar Nurdin saat dihubungi Katadata pada Senin (15/11).

Ganjar sendiri masih irit berkomentar soal peluangnya maju di Pemilu 2024. Terkait tawaran Golkar, ia tidak mau banyak menanggapi. “Itu urusan Bu Mega. Sebagai kader ikut saja,” ujarnya. 

Di sisi lain, Ganjar sejatinya sudah mulai menyiapkan mesin politiknya. Sumber Katadata menceritakan Ganjar Pranowo sudah mulai membentuk Tim Media internal. Tugasnya antara lain mengatur alur lalu lintas pemberitaan Gubernur Jawa Tengah itu. “Ya tugasnya membangun citra Pak Ganjar dan menyebar berita-berita kehumasan beliau,” ujar Sumber tersebut. 

Kendati demikian, soal apakah Ganjar akan menyeberang ke partai lain atau tetap di PDI-P masih jadi tanda tanya besar. Apalagi Ganjar bukan kader kemarin sore di partai pimpinan Megawati itu. Loyalitasnya terhadap PDI-P sudah terbukti puluhan tahun.

Airlangga Hatarto dan Puan Maharani (Katadata)
 

Saat masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Ganjar juga aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sekaligus simpatisan PDI-P. Padahal, keluarganya berlatar belakang pegawai negeri sipil, yang saat Orde Baru cenderung mendukung Golkar. Ayahnya, Parmuji, merupakan seorang polisi.

Saat terjadi perpecahan internal di PDI-P pasca peristiwa 27 Juli 1996, Ganjar mantap merapat ke barisan Megawati Soekarnoputri. Ia ikut merancang pembentukan sayap partai di daerah-daerah.

Petualangan politik Ganjar dimulai saat ia mencalonkan diri sebagai Anggota DPR pada 2024. Namun, ia kalah di pemilu kala itu. Nasib baik menghampirinya saat ia ditunjuk sebagai pengganti antar waktu (PAW) DPR menggantikan Jakob Tobing yang menjadi Duta Besar Korea Selatan. Ganjar pun akhirnya menjalankan perannya sebagai anggota DPR selama dua periode. 

Saat maju sebagai calon Gubernur Jawa Tengah di 2013, elektabilitas Ganjar masih belum terlihat. Kemenangannya juga cukup mengejutkan karena ia melawan Bibit Waluyo, petahana sekaligus purnawirawan TNI. Salah satu sosok kunci dibalik kemenangan Ganjar tidak lain adalah Puan Maharani. 

“Saya masih ingat ketika elektabilitas saya sangat rendah di [Pilgub Jateng] 2013 lalu, Mbak Puan komandan tempurnya,” ungkap Ganjar, Mei silam.

Hubungan antara Ganjar dan PDI-P juga terbukti erat saat Pilgub Jateng 2018. Kala itu, PDI-P awalnya ragu mencalonkan kembali Ganjar. Pasalnya, setahun sebelumnya ia sempat terseret kasus korupsi e-KTP. 

Bendahara Umum Partai Demokrat Nazarudin yang menjadi pesakitan dalam kasus itu menyebut Ganjar ikut menerima uang panas e-KTP. Nazar bahkan mengaku melihat sendiri penyerahan uang kepada Ganjar saat masih menjadi Wakil Ketua Komis II DPR. Ganjar membantah pernyataan Nazar tersebut.

Ini bukan kali pertama Ganjar terseret kasus korupsi. Pada 2008, namanya tercantum dalam dokumen soal aliran dana Bank Indonesia kepada politisi Senayan. Kala itu, Ganjar mengaku menerima uang tersebut tetapi tidak tahu peruntukannya. 

Entah bagaimana caranya, Ganjar lolos dari dua lubang jarum jeratan KPK. Ia berkali-kali diperiksa lembaga anti-rasuah itu tetapi tidak pernah jadi tersangka. Elektabilitasnya yang tinggi membuat PDI-P tetap mengusungnya di Pilgub 2018. 

Ganjar dan PDI-P tetap solid hingga isu calon presiden memanas sejak pertengahan tahun ini. Puan Maharani bahkan pernah secara terbuka mengkritik Ganjar yang dianggap terlalu aktif di media sosial. 

Dalam konteks inilah, loyalitas Ganjar akan diuji. Pilihannya sederhana tetapi tidak bisa diputuskan sembarangan. Entah PDI-P yang akan realistis dan memilih sosok dengan elektabilitas tinggi seperti Ganjar, atau pihak Ganjar yang akhirnya berpindah haluan. Teka-teki soal calon presiden dari partai berlogo banteng akan semakin menarik diperhatikan. 

Reporter: Nuhansa Mikrefin