All The Presidents Men dalam Bursa Cawapres Pilpres 2024

123rf.com/rudall30
Ilustrasi bursa calon wakil presiden atau cawapres dalam Pilpres 2024.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
5/5/2023, 15.52 WIB
  • Hasil survei menunjukkan saling salip nama-nama cawapres terus terjadi tapi partai masih berstrategi untuk keputusan finalnya.
  • Elektabilitas Ridwan Kamil dalam beberapa survei terlihat menempati posisi puncak. 
  • Berbagai nama cawapres potensial berada di lingkaran Jokowi.

Babak baru Pilpres 2024 muncul. Bursa calon wakil presiden memanas usia muncul tiga poros calon presiden, yaitu Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang menguasai parlemen dan berada di pemerintahan tampak percaya diri. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengatakan banyak nama yang mengantre sebagai pendamping kadernya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. 

"Banyak kok. Saya sudah punya di sini. Berapa tuh? Sepuluh apa piro? Lebih," kata Megawati usai pertemuan dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di kantor PDIP, Minggu (30/4). "Ya nanti kan mengerucut sendiri, tetapi oleh pikiran saya."

Presiden Joko Widodo sebelumnya telah menyebut tujuh nama cawapres pendamping Ganjar. Nama-nama itu adalah Erick Thohir, Sandiaga Uno, Mahfud MD, dan Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, hingga Prabowo Subianto.

Partai Gerakan Indonesia Raya alias Gerindra telah bulat mengusung Prabowo menjadi capres. Opsi menjadikan ketua umum partainya, yang menjabat sebagai menteri pertahanan, tersebut menjadi cawapres tampaknya sudah tertutup. 

Prabowo pada pekan lalu mengatakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memiliki posibilitas yang mantap sebagai cawapres yang diusung Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. "Ya, kalian kan bisa lihat dari body language. Pokoknya mantap," ucap Prabowo.

Sedangkan Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang dideklarasikan oleh Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat sudah mengumpulkan lima nama cawapres. Keputusan finalnya, koalisi ini menyerahkan kepada capresnya, yaitu mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan. 

PDI PERJUANGAN TETAPKAN GANJAR PRANOWO CALON PRESIDEN 2024 (ANTARA FOTO/Monang/mrh/YU)
 

Aspek Pertimbangan Cawapres

Peneliti Indikator Politik Bawono Kumoro melihat bursa cawapres mulai kompetitif. Hasil survei sudah menunjukkan saling salip antara calon tapi masih belum ada hilal nama yang akan diusung masing-masing partai. 

Ada dua alasan, menurut dia, mengapa partai masih belum memasukkan nama cawapres untuk Pemilu 2024. Pertama, agar lawan tidak membaca strategi partai dalam Pilpres 2024. “Masih wait and see sepertinya,” kata Bawono pada Katadata, kemarin.

Kedua, posisi kosong ini sengaja digunakan sebagai bahan komunikasi politik. Misalnya, komunikasi intensif yang dilakukan Golkar dengan Demokrat dan Gerindra. Bawono menilai Golkar sedang bimbang karena PPP sebagai salah satu partai koalisinya justru mendukung Ganjar Pranowo selaku calon presiden dari PDIP.

“Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) bisa maju secara presidensial karena jumlah suaranya cukup, tapi mereka tidak punya tokoh yang bisa bersaing secara elektoral," ucap Bawono. "Karena itu, Golkar mendekati Demokrat untuk nego, boleh tidak wakil presidennya Anies itu Airlangga Hartarto (Ketua Umum Golkar) saja, bukan AHY (Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono)?” 

BUKA PUASA BERSAMA PARTAI NASDEM (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.)

Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam menyebut ada beberapa kriteria yang calon presiden harus pertimbangkan dalam memilih wakilnya. Kriteria tersebut antara lain:

1. Aspek elektabilitas

Sejauh ini, menurut Umam, belum ada satu capres dan cawapres yang mendominasi. Sebab belum ada calon dengan tingkat elektabilitas 60%, nilai yang dianggap aman untuk maju ke Pemilu. 

Namun, satu hal yang harus diperhatikan adalah dinamika latar belakang. Ia mencontohkan Ganjar yang termasuk memimpin reli elektabilitas, justru mengalami penurunan elektabilitas pasca isu penolakan tim Israel World Cup U-20. “Artinya, elektabilitas bisa berubah, tergantung input informasi di masyarakat,” katanya.

2. Aspek ideologis

Ada sebuah formula umum yang kerap dipakai dalam pemilu, yaitu menggabungkan dua calon dari ideologi berbeda. Apabila dua latar belakang yang sama digabungkan, misal sesama nasionalis dan sesama partai Islam, maka basis pemilih loyal akan tereduksi.

Bila figur partai nasionalis digabung dengan figur partai Islam, ada potensi basis pemilih akan makin kuat. Namun, formula ini bukanlah rumus utama. Saat Pemilu 2004, Megawati yang berpasanganan dengan KH Hasyim Muzadi kalah. Padahal Megawati berlatarbelakang partai nasionalis sementara Muzadi adalah ketua umum Nahdlatul Ulama (NU) selama dua periode. 

3. Aspek logistik

Baik calon presiden dan calon wakil presiden harus memiliki modal materi yang cukup untuk berlaga di Pemilu. 

4. Kerentanan atau vulnerability

Capres harus perhatikan cawapres yang rentan secara hukum, politik, hingga narasi yang berpotensi menggerus elektabilitas dirinya. Dari pandangan Umam, cawapres tidak menjadi penentu utama kemenangan capres, karena ini adalah pemilihan preidensial. “

Yang menjadi selling point itu bukan cawapres, tapi capres. Namun kalau capres salah memilih cawapres, itu bisa menggeret namanya ke bawah,” ujarnya. 

Survei Kurious-Katadata Insight Center (KIC) beberapa waktu lalu menunjukkan mayoritas atau 69,6% responden Indonesia mengharapkan karakter capres dan cawapres yang merakyat. Terlihat pada grafik Databoks di atas, banyak juga responden yang berharap pemimpin Indonesia berikutnya berkarakter cerdas atau pintar.

Selain itu, karakter capres dan cawapres yang diharapkan masyarakat adalah memiliki kinerja yang sudah terbukti (63,8%), tegas (50,1%), religius (30,7%), dan santun (16,8%).

Survei tersebut juga menunjukkan, ada sejumlah masalah prioritas yang yang harus dibenahi pemerintah dan DPR baru. Di antaranya pertumbuhan ekonomi (68,7%), pengangguran (54,3%), inflasi (29,8%), stabilitas harga BBM (25,5%), dan kesiapan industri digital (21,7%).

Silaturahmi partai koalisi pemerintah (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nz)
 

Ramainya “Orang” Jokowi di Bursa Cawapres

Dari sisi elektabilitas, Ridwan Kamil memimpin baik dari survei Indikator Politik dan Lembaga Survei Indonesia. Dalam survei LSI, elektabilitas Gubernur Jawa Barat ini mencapai 19,5%, diikuti Sandiaga Salahudin Uno 14,4%, dan Agus Harimurti Yudhoyono 11,6%. Menteri BUMN Erick Thohir berada di posisi keempat dengan elektabilitas 10,5% dan Khofifah Indar Parawansa di nilai 6,8%.

Elektabilitas Ridwan Kamil, yang kini menjadi kader Golkar, lebih tinggi di survei Indikator Politik, yakni senilai 22,5%. Berbeda dengan LSI, posisi kedua dipegang oleh Erick Thohir dengan elektabilitas 17,3%. Kedua calon ini mengalami perubahan yang signifikan dalam sebulan terakhir. Menilik data Indikator Politik, elektabilitas Ridwan Kamil turun dari 29,4% pada Maret, sementara Erick terbang jauh dari elektabilitas Maret lalu senilai 11,3%. 

Berikut dinamika elektabilitas lima nama calon wakil presiden setengah tahun terakhir, dirangkum oleh Indikator Politik:

Survei Indikator Politik juga menunjukkan 34,9% responden menilai Ridwan Kamil cocok dipasangkan sebagai wakil presiden Ganjar Pranowo. Angka ini unggul dibanding simulasi pasangan lainnya, Anies Baswedan-AHY (23,3%) dan Prabowo Subianto-Khofifah Indar Parawansa (31,4%).

Kendati demikian, nama Ridwan Kamil tidak menjadi top of mind dari pengamat politik. Dari segi ideologis, Ujang Komarudin pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia menilai Ganjar butuh pasangan wapres yang kuat di basis pemilih muslim dengan elektabilitas tinggi.

Salah satu nama yang sesuai dengan kriteria ini adalah Sandiaga Uno. ”Tapi jangan lupa Erick Thohir  representasi dari NU. Mungkin dia bisa mendampingi Ganjar. Itulah saingannya Sandiaga Uno,” kata Ujang.

Sebelumnya, Sandiaga Uno sudah keluar dari  Gerindra untuk bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan. Menurut Ujang, langkah ini diambil Sandi karena ingin masuk ke bursa cawapres. Bila Sandi tetap di Gerindra, ia tidak mungkin menjadi masuk bursa calon wakil presiden lantaran partai itu sudah mengusung Prabowo. 

Senada dengan Ujang, Umam menyatakan Prabowo bisa menggandeng Muhaimin Iskandar dari PKB untuk menggaet umat NU di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menimbang Pemilu dua periode terakhir, Prabowo memang kekurangan kantong suara di dua provinsi itu.

Di balik dua nama capres yang sudah mulai menjajaki banyak tokoh sebagai cawapres, Anies justru tertekan. Bawono menilai pilihan bagi Anies lebih terbatas dibanding Ganjar dan Prabowo. Berbagai nama cawapres potensial berada di lingkaran Jokowi, sementara Anies menempatkan dirinya sebagai pihak oposisi. 

Secara elektoral, nama Khofifah bisa menopang Anies di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, Gubernur Jawa Timur ini adalah bagian dari pemerintahan jokowi. “Pilihan terakhir bagi Anies adalah AHY, orang yang benar-benar di luar pemerintahan Jokowi,” ujar Bawono.

Reporter: Amelia Yesidora