“Tenggelamkan” sudah menjadi ikon kebijakan tegas Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti untuk membangkitkan sektor perikanan di dalam negeri. Selama empat tahun masa jabatannya, ada 488 kapal penangkap ikan berbendera asing yang ditenggelamkan karena memasuki perairan Indonesia tanpa izin.
Dengan kebijakan itu, para pencoleng ikan pun jeri sehingga otomatis produksi ikan di dalam negeri meningkat. Konsumsi ikan juga naik menjadi 46 kilogram per kapita. Berbagai kebijakan dan pencapaian itulah yang akan disampaikan Pemerintah Indonesia dalam forum internasional “Our Ocean Conference 2018” di Bali, akhir Oktober ini.
“Kisah itu perlu dibagikan untuk menginspirasi dan mengajak semua negara berkomitmen,” kata Susi dalam wawancara khusus dengan Desi Dwi Jayanti dan Tim Katadata di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 20 September lalu.
Di ruang kerja bernuansa putih yang didesainnya sendiri tersebut, menteri lulusan SMP penyandang gelar doktor Honoris Causa ini menguraikan pencapaian kinerjanya dan target pemerintah dari “Our Ocean Conference 2018” yang akan dihadiri lebih 160 negara dan lima kepala negara tersebut. Berikut petikan wawancaranya.
Indonesia produsen ikan terbesar di ASEAN, tapi mengapa konsumsi kita urutan kedua terendah?
Itu sekarang ya. Dulunya kan tidak. Hingga 2014 Indonesia ada di urutan paling belakang. Kita menjadi nomor satu setelah pemerintahan Pak Jokowi pada 2015. Biasanya yang gemar makan ikan hanya orang Indonesia bagian timur atau orang-orang pantai di wilayah Indonesia bagian barat. Sementara populasi terbesar yang ada di Pulau Jawa konsumsi ikannya sangat kurang, apalagi wilayah Jateng, Jatim, Jabar.
Tapi kalau kita lihat, ketersediaan ikan empat tahun terakhir ini banyak. Harga ikan juga turun. Memang ada ikan tertentu yang terlalu mahal, seperti bawal putih yang mencapai Rp 800 ribu – Rp 1 juta (per kg). Ya kita juga tidak perlu makan bawal putih karena ikan yang lain banyak. Ada kakap, tongkol.
Nah tongkol ini sangat sehat karena kandungan omega dan asamnya (amino) jauh lebih tinggi dibandingkan ikan salmon dan ikan-ikan impor. Jadi dari data sebetulnya signifikan sekali kenaikan konsumsi selama tiga tahun ini dari 36 kg ke 46 kg (per kapita per tahun).
Berapa pemerintah menargetkan konsumsi ikan tahun ini?
Tahun ini targetnya 46 kg. Tahun depan 50 kg (per kapita per tahun).
Jadi untuk bisa menyamai Jepang kira-kira butuh 10-15 tahun lagi?
Mudah-mudahan 5 tahun dengan gencarnya kampanye dan dibantu seluruh masyarakat. Mulai dari Bu Iriana (Ibu Negara), bintang film, akademisi, televisi sekarang mengampanyekan makan ikan.
Di Jawa kurang populer mengkonsumsi ikan, apakah karena ketersediaannya di pasar minim atau masyarakat tidak terbiasa makan ikan?
Dulu karena susah. Saya 10 tahun sempat susah sekali mencari ikan laut. Sementara untuk ikan tawar, kadang-kadang orang tidak terlalu suka karena ada yang bau tanah. Saya pikir karena mengubah kebiasaan orang akan butuh waktu, makanya gencarkan saja kampanye makan ikan. Bahwa ikan itu sehat, kandungan asam dan banyak, omega 6-7-8-9 nya bagus, bahkan lebih bagus dari salmon. Nah pasti semuanya mau makan ikan.
Apakah ikan bisa menjadi solusi menekan angka stunting yang masih tinggi?
Memang seharusnya kita semua segera menyadari bahwa ikan adalah the best and probably the only solution yang affordable by price dan kandungan proteinnya itu jauh lebih bagus dibandingkan sumber protein ayam atau sapi. Semua harus mulai sadar ini, bukan cuma Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tetapi dari (Kementerian) Kesehatan, pemerintah daerah, pusat, dan semua pemimpin-pemimpin di negeri ini. Juga lebih hemat jika dilihat dari cara memasaknya karena sebentar saja sudah masak. Sedangkan memasak ayam perlu waktu lebih lama.
Kadang tidak semua pasar tradisional menyediakan varian ikan yang beragam, sehingga masyarakat tidak punya banyak pilihan.
Untuk itu sekarang KKP membangun banyak cool storage (gudang beku) untuk membantu daerah agar memiliki tempat-tempat penyimpanan berpendingin. Ini supaya stok ikan banyak di mana-mana. Mudah-mudahan dengan adanya cool storage, ketersediaan ikan lebih mudah dan banyak variasinya.
Bagaimana Anda melihat animo masyarakat yang besar terhadap kampanye makan ikan, misalnya kegiatan memasak dan makan ikan 1,3 ton yang digelar Fakultas Teknik Pertanian UGM?
Itu satu pertanda baik di Yogya, karena Yogya adalah salah satu wilayah yang konsumi ikannya paling rendah. Mungkin hanya 10 kg-15 kg (per kapita per tahun) kalau tidak salah. Orang Yogya, Solo itu paling tidak suka makan ikan.
Apa sebabnya?
Mungkin karena terbiasa dengan tahu, tempe, dan ayam. Beberapa daerah yang memang jauh dari laut biasanya tidak punya kebiasaan makan ikan. Kalau orang Makassar, nasi nomor 2 ikan nomor 1. Ambon pun sama.
Selama Anda menjabat, berapa jumlah kapal yang sudah ditenggelamkan?
488 (unit kapal).
Mengapa kapal-kapal itu ditenggelamkan, tidak dilelang sehingga memiliki nilai ekonomi dan manfaat untuk nelayan?
Tidak seperti itu, karena yang menang lelang yang dapat kapal. (Tapi) nelayannya tidak. Pencuri ikan itu kan lewat agen.
Tapi bukankah investor menjadi cemas dengan kebijakan penenggelaman kapal?
Kenapa harus cemas? Perikanan tangkap sekarang tidak boleh ada investasi asing. Bolehnya investasi dalam negeri, dan kami tidak menenggelamkan kapal dari Indonesia. Yang ditenggelamkan kapal ikan asing yang mencuri di laut Indonesia. Jadi, aneh kalau ada investor cemas tentang penenggelaman kapal. Absurd dan tidak logis.
Jadi tidak perlu takut?
Tidak ada relevansinya. Kenapa mereka harus takut? Lalu investor ini siapa? Apa? Kenapa takut ditenggelamkan kapalnya? Asing itu tangkap ikan saja tidak boleh di Indonesia. Yang ditenggelamkan hanya kapal asing. Kapal asing legal pun tidak boleh.
Sekarang ini aturannya, kapal yang boleh tangkap ikan di Indonesia hanya kapal Indonesia. Jadi ini investor siapa? Investor lokal? Ya tidak masuk akal, karena tidak akan ditenggelamkan kapalnya. Kalau investasi sama mencuri itu juga berbeda, kalau nyuri ya nyuri namanya.
Bagaimana kesiapan Indonesia menggelar “Our Ocean Conference 2018” akhir bulan ini?
Tahun lalu diselenggarakan di Malta dan tahun ini di Indonesia. Tahun depan Norwegia, tahun depannya lagi di Palau. Rencananya akan membicarakan komitmen dunia tentang blue economy, sustainable fisheries management, dan juga komitmen stakeholder yang telah berjanji mengonservasikan wilayah lautnya. Satu yang diharapkan, dunia melihat leadership Indonesia dan juga sharing success story. Memang ini perlu juga kita bagikan supaya menginspirasi dan mengajak semua negara berkomitmen.
Berapa persen kesiapannya?
Saya harapkan sudah 99%, karena ini event internasional. Yang akan datang lebih dari 160 negara dan ada lima kepala negara yang akan datang, seperti Pangeran Monaco, Pangeran Charles karena beliau sangat concern dan sangat passion dengan lautan, dan banyak menteri-menteri juga dari negara Eropa, komisioner Uni Eropa, dan banyak lagi tokoh dan pejabat negara yang akan hadir. Karena sekarang kesadaran akan laut sehat, produktif, sustainable resource itu menjadi satu kesadaran bersama seluruh dunia.
Apa kesepakatan bersama yang ingin didorong dalam forum tersebut?
Misalnya kegiatan illegal unreported dan unregulated fishing, itu adalah hal yang sangat membahayakan kesehatan, produktivitas, dan sustainabilitas perikanan dunia. Sumber perikanan dunia ini bukan cuma dari Indonesia, tapi dari seluruh dunia. Contohnya ikan tuna, 68% lahir dari Banda. Kalau Laut Banda rusak, tentunya 68% pasokan tuna dunia juga hilang.
Hal-hal seperti ini yang dibicarakan. Bagaimana membangun ekonomi bersama untuk sustainable fisheries, bagaimana membangun, menjaga wilayah konservasi bersama, menambah wilayah konservasi, karena semakin banyak konservasi akan semakin produktif laut kita.