Belakangan ini, PT Medco Energi Internasional Tbk tidak hanya harus bersiasat mengatasi efek rendahnya harga minyak dunia. Perusahaan minyak dan gas bumi ini juga harus bisa segera beradaptasi menghadapi perubahan kebijakan dan lingkungan sektor bisnisnya.

Pertama, dalam beberapa tahun terakhir ini, pengembangan cadangan migas lebih banyak dilakukan di tengah laut (offshore). Kedua, titik berat pemerintah dalam mengembangkan ekonomi, termasuk di sektor migas, beralih dari kawasan barat ke kawasan timur Indonesia.

Agar mampu terus bertahan di tengah perubahan lingkungan bisnis dan rendahnya harga minyak tersebut, Medco menyusun sejumlah strategi dan ekspansi usaha. “Kami akan garap pusat pertumbuhan baru untuk Indonesia,” kata Komisaris Utama Medco Muhammad Lutfi kepada wartawan Katadata, Arnold Sirait, di sela-sela forum “The 40th IPA Convention and Exhibition” di Jakarta, Kamis (26/5).

Berikut petikan wawancara dengan mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Menteri Perdagangan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Bagaimana dampak harga minyak saat ini terhadap Medco?

Seperti perusahan minyak lainnnya, harga minyak ini bukan sesuatu yang baik untuk Medco. Tapi kami berkomitmen, melalui perbaikan ongkos produksi dan efisiensi maka kami merasa dapat survive di masa mendatang. Meskipun efisiensi, bukan berarti memotong (jumlah) karyawan yang signifikan. Kami masih dalam mood ekspansi karena percaya bahwa pasar di Indonesia kuat sekali. Kelas menengah yang maju membuat Indonesia membutuhkan energi yang lebih baik.

Kami tetap harus melihat pergerakan. Contohnya, pertumbuhan Indonesia akan pindah dari barat ke timur. Cadangan minyak juga akan pindah dari barat ke timur. Sedangkan (migas) dari darat (onshore) menjadi offshore (laut). Yang terpenting dari semua itu adalah sustainability. Dalam waktu yang tidak terlalu panjang Medco ingin mempunyai kepandaian, kecakapan dan kemampuan untuk eksplorasi dan eksploitasi di offshore. Kami akan berpartisipasi sebagai perusahaan energi yang bertanggung jawab dengan mengembangkan, terutama geothermal dan solar.

Apa saja strategi Medco?

Macam-macam. Sebagai perusahaan minyak tentunya kami lebih berhati-hati dalam mencari atau eksplorasi. Belanja modal kami turun drastis. Tapi pada saat yang bersamaan kami masih percaya pasar Indonesia baik. Kami juga melihat cara-cara lain untuk ekspansi. Salah satunya adalah akuisisi atau melihat peluang lain yang bisa dikembangkan sesuai dengan komitmen Medco.

Apa yang diharapkan Medco dari pemerintah agar potensi migas yang beralih ke timur itu dapat dieksploitasi? 

Hal itu memang membutuhkan banyak upaya. Apalagi, pihak swasta sendirian. Karena itu membutuhkan kerjasama yang baik. Salah satu terobosannya adalah upaya mendistribusikan energi di pusat pertumbuhan di Indonesia Timur yang membutuhkan banyak sekali ongkos untuk infrastruktur. Dalam waktu singkat dan dekat kami akan mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan terobosan-terobosan tersebut.

Kalau dulu kita bisa membangun Indonesia Barat dengan cost recovery. Mungkin di masa yang akan datang cost recovery dibutuhkan lebih komprehensif. Di saat bersamaan Medco atau perusahaan-perusahaan migas lain yang bekerja di Indonesia berkomitmen memberikan kontribusi lebih. Contohnya, bagaimana mendistribusikan LNG di Indonesia Timur sebagai pusat pertumbuhan baru. Itu adalah sesuatu yang sangat mahal dan besar. Tapi kalau tidak, siapa lagi yang akan mengerjakannya.

Apa saja proyek yang akan dikembangkan Medco?

Kami saat ini serius mendalami untuk memperbaiki kecakapan (memproduksi migas) secara offshore. Itu yang utama. Kedua, kami ingin menggalakkan cara mendistribusikan energi, terutama gas. Karena di Indonesia Timur hanya ada dua opsi, gas atau nuklir. Ketiga, kami ingin bertanggung jawab kepada lingkungan, yaitu mengembangkan energi alternatif baru dan terbarukan, terutama geothermal dan solar.

Jadi Medco ke depan akan fokus menggarap Indonesia Timur?

Kami akan garap pusat pertumbuhan baru untuk Indonesia.