Uang Insentif Kartu Prakerja Bisa untuk Belanja Sembako

Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Direktur Ekesekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari
Penulis: Sorta Tobing
Editor: Yura Syahrul
12/4/2020, 07.00 WIB

Kartu Prakerja sempat jadi kontroversi ketika dilontarkan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo sebagai salah satu janji kampanye dalam Pemilihan Presiden 2019. Meski menuai kritik karena dianggap menggaji para pengangguran. pemerintah jalan terus. Pekan ini, pemerintah meluncurkan secara resmi Kartu Prakerja, namun target dan manfaatnya diperluas untuk meredam dampak ekonomi dari pandemi corona.

Anggaran program ini dinaikkan dua kali lipat menjadi Rp 20 triliun, dengan target penerima 5,6 juta orang tahun ini. Awalnya penerima manfaat kartu ini sebatas lulusan sekolah yang belum bekerja dan pencari kerja. (Baca: Pendaftaran Kartu Prakerja Diundur Sabtu Lusa, Kuota 164 Ribu/Minggu)

Namun, menurut Direktur Ekesekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari, saat ini program tersebut diprioritaskan untuk pekerja formal dan informal, maupun pelaku usaha mikro dan kecil yang terdampak pandemi, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK).

Tidak hanya itu, Kartu Prakerja juga untuk pekerja-pekerja di sektor pariwisata yang sudah terpukul sejak awal tahun ini  "Jadi, memang ada pergeseran target groups atau kelompok prioritasnya. Tapi sebenarnya (Kartu Prakerja) terbuka untuk semuanya," kata Denni dalam wawancara khusus dengan jurnalis Katadata.co.id, Sorta Tobing, secara tatap muka melalui layanan Zoom, Rabu lalu (8/4).

Dalam wawancara sekitar 35 menit tersebut, Denni menjelaskan detail persyaratan pendaftaran dan prosedur penyaluran kartu Prakerja, berikut manfaatnya sebagai salah satu bantuan sosial atau jaring pengaman sosial kepada para pekerja di tengah tekanan dampak Covid-19. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana latar belakang kelahiran Kartu Prakerja?

Sebenarnya kembali ke janji kampanye dari Presiden Joko Widodo. Bukan sesuatu yang sekonyong-konyong. Sejak Januari tahun lalu, Bapak Jokowi di depan banyak orang menyampaikan bahwa beliau ingin ada program Kartu Prakerja.

Setelah Pilpres selesai, mulailah dipikirkan bagaimana desain dari program ini, sampai masuk di dalam APBN 2020. Sejak itu, program Kartu Prakerja berusaha didesain lebih detail. Pak Jokowi menginginkan adanya kebaruan untuk melayani masyarakat dan memberikan solusi.

Apa perbedaan rencana Kartu Prakerja pada awalnya dengan yang sekarang?

Sebenarnya tidak ada beda secara desain, kecuali pelatihan offline belum boleh dilakukan karena sedang ada pandemi corona. Jadi, teman-teman yang cocok pelatihan seperti itu, bersabarlah. Mungkin nanti ketika Covid-19 sudah ada solusi, kami bisa buka kembali.

Bagi teman-teman yang tertarik dengan pelatihan online, silakan saja. Ini sifatnya self-selection, self-targeting. Pemerintah tidak punya daftar siapa 5,6 juta penerima. Kami ini Tut Wuri Handayani, apa maunya dari masyarakat.

Di tengah pandemi corona, ada kelompok atau sektor tertentu menjadi prioritas?

Dalam konteks Covid-19, memang kami mendapat arahan untuk memberi prioritas pekerja formal dan informal, maupun para pelaku usaha mikro dan kecil yang pekerjaannya terdampak karena pandemi ini. Jadi, mereka memang diprioritaskan. Tapi sebenarnya terbuka untuk semuanya.

Kartu Prakerja juga untuk pekerja-pekerja di sektor pariwisata yang sudah terpukul sejak awal 2020.  Jadi, memang ada pergeseran target groups atau kelompok prioritasnya.

(Baca: OVO dan LinkAja Siap Salurkan Bantuan Kartu Prakerja Mulai Besok)

Pembagian makanan gratis bagi warga yang terdampak Covid-19. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/pras.)

Apakah penerima bantuan sosial lain bisa mendapatkan Kartu Prakerja, atau yang punya kartu ini tidak akan bisa dapat bansos lain?

Prioritas adalah kelompok-kelompok yang sudah saya sebutkan. Tapi bukan berarti hanya mereka. Yang kedua, ini sebenarnya prinsip gotong-royong. Anggaran pemerintah terbatas. Dengan keterbatasan itu kita harus pastikan banyak masyarakat bisa merasakan manfaatnya atau mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Ada konsekuensi dalam memberikan pelatihan online ketimbang offline?

Konsekuensinya, dalam hal biaya misalnya. Kita tahu pelatihan online relatif lebih murah dibandingkan tatap muka. Tidak butuh sewa tempat, listrik, infrastruktur lainnya. Pelatihan online biayanya fix di depan.

Berarti anggaran pelatihannya lebih kecil?

Anggarannya kemudian dialokasikan lebih banyak untuk mendukung daya beli masyarakat yang sedang menurun sekarang. Sekaligus membantu meringankan biaya hidup. Karena itulah, insentif pasca-pelatihan yang awalnya kami desain nilainya cukup kecil, sekarang menjadi besar. Ada pergeseran tadi. Semua pelatihan kami buat secara terbuka lewat situs, termasuk pendaftarannya.

Masing-masing penerima kartu mendapat Rp 3,55 juta untuk penerima Kartu Prakerja. Apa saja insentifnya?

Benefit Rp 3,55 juta itu tidak berulang. Artinya, orang yang sudah mengambil Kartu Prakerja sekarang, tahun depan dia tidak bisa mengambil atau mendaftar lagi.

Mengapa?

Kartu Prakerja memang diberikan hanya sekali per orang. Supaya memberikan kesempatan untuk angkatan kerja lain yang totalnya mencapai 130 juta orang. Jadi, program ini berbeda dengan program lain yang bersifat periodik.

Yang kedua, Rp 3,55 juta itu terdiri dari bantuan biaya pelatihan sebesar Rp 1 juta. Para peserta bisa membeli pelatihan ini di digital platform yang menjadi mitra kami. Pilih pelatihan apapun yang teman-teman inginkan.

(Baca: Jokowi Minta Pengusaha Tak PHK Karyawan saat Pandemi Corona)

Contoh pelatihannya?

Ada pembukuan, memasak, cara mengelola utang, bagaimana mendapatkan kredit, berjualan online, teknik berbicara di depan umum, barista, dan lainnya.

Ada berapa jenis pelatihannya?

Kami sudah memperoleh sekitar 300 jenis pelatihan.

Infografik Kartu Prakerja (Katadata)

Kalau harga pelatihannya di bawah Rp 1 juta, para peserta boleh mengambil lebih dari 1 pelatihan?

Para peserta bisa mendapat lebih banyak jeis pelatihan. Tapi untuk mengambil pelatihan yang kedua, harus menyelesaikan pelatihan pertama dulu. Tidak boleh kemaruk, ambil ini-itu tapi tidak diselesaikan. Satu selesaikan, kemudian baru beli lagi, dan seterusnya.

Kalau misalnya pelatihan itu harga Rp 1,5 juta, pemerintah membantu Rp 1 juta kan lumayan dua pertiganya ditalangi. Tapi kalau kemudian pelatihannya kurang dari Rp 1 juta ya malah lumayan, peserta mendapatkan banyak sekali pelatihan untuk meningkatkan skill.

Insentif lainnya dari Kartu Prakerja?

Item kedua adalah insentif pasca-penuntasan pelatihan. Jadi, insentif ini tidak di depan, ini conditional. Jadi, misalnya saya mengambil pelatihan pembukuan untuk UMKM dengan waktu penuntasan delapan jam. Saya bisa, misalkan per hari belajar dua jam, berarti  dalam empat hari pelatihan itu bisa saya selesaikan.

Kalau sudah selesai, saya mendapat sertifikat secara elektronik dari lembaga pelatihan. Kemudian saya harus mengisi ulasan atau rating terhadap pelatihan tersebut. Apakah bintang satu atau lima, ya seperti marketplace yang kita kenal sekarang.

Tujuan pemberian rating?

Kami prinsipnya ingin melibatkan masyarakat untuk memberikan masukan terhadap programnya. Karena manajemen pelaksana hanya bisa belajar dari pengguna. Pengalaman pengguna akan memperbaiki kualitas produk menjadi lebih bagus, relevan, dan sustainable.

Begitu selesai mengisi rating, ini menjadi trigger buat manajemen pelaksana untuk mengaktifkan pembayaran atau transfer insentif kepada peserta yang sudah menyelesaikan pelatihan.

(Baca: Tumbangnya Bisnis Perjalanan dan Wisata Bali Terpapar Covid-19)

Selanjutnya: Cara Mendaftar Program Kartu Prakerja

Halaman: