Ajang balapan mobil listrik Formula E memasuki tahun keduanya di Jakarta. Bahkan pada tahun ini, Jakarta E-Prix berformat double header. Ini berarti ada dua balapan beruntun pada 3 hingga 4 Juni lalu.
Stoffel Vandoorne, juara dunia Formula E 2021/2022, berhasil finis di posisi empat pada balapan pertama. Namun, balapan kedua tidak memberi hasil optimal bagi pembalap Belgia ini. Vandoorne justru melorot ke posisi sembilan.
Kepada Katadata.co.id, Vandoorne bercerita soal kondisi sirkuit yang panas dan lembab di Jakarta. Kondisi membuat Ibu Kota menjadi balapan paling menguras fisik para pembalap musim ini.
“Secara keseluruhan, ini trek yang sulit,” kata Vandoorne dalam wawancara virtual eksklusif bersama reporter Katadata.co.id, Reza Pahlevi, Jumat (23/6).
Vandoorne sudah malang melintang dalam dunia balap. Selain Formula E, pembalap 31 tahun tersebut pernah menjuarai GP2, berlaga di Formula 1 serta World Endurance Championship (WEC). Dia juga menjadi pembalap cadangan Aston Martin di F1 dan Peugeot Sports di WEC pada tahun ini.
Ini musim kelima Vandoorne di Formula E dan sudah berlomba untuk tiga tim. Di tahun debutnya, dia balapan untuk HWA Racelab. Setelahnya, dia menghabiskan tiga musim bersama Mercedes-EQ dan meraih juara dunia tahun lalu. Musim ini, Vandoorne berlabuh ke DS Penske.
Berikut cerita pengalaman lengkap pembalap DS Penske ini di Jakarta:
Anda sudah tiga kali balapan di Jakarta E-Prix, bagaimana pengalamannya sejauh ini?
Sejauh ini baik. Dalam hal balapan, saya memang belum menunjukkan performa terbaik. Saya sempat hampir podium dengan finis di peringkat empat musim ini, tahun lalu saya finis di peringkat lima.
Namun, saya suka balapan di sini, penonton dan penggemar juga sangat senang melihat kami. Jadi ini pengalaman yang menyenangkan.
Apa yang membuat Jakarta unik sebagai tuan rumah Formula E?
Jakarta jelas salah satu kota terbesar yang kami kunjungi. Publik ramai dan komunitas balapan yang cukup besar. Para penggemar di Indonesia juga antusias untuk Formula E dan para pembalapnya. Antusiasme publik selalu memberikan kami motivasi tambahan dan membuat kami merasa spesial.
Finis peringkat empat di Jakarta menjadi hasil terbaik Anda musim ini, apa yang membuat Jakarta berbeda?
Di awal musim, kami memiliki banyak kesulitan yang harus dihadapi. Pelan-pelan kami terus meningkatkan performa kami dan di Jakarta kami akhirnya melihat bukti dari peningkatan tersebut.
Banyak pembalap menyinggung soal sirkuit yang berdebu dan cuaca panas dalam Jakarta E-Prix 2023, bagaimana Anda menghadapinya?
Ini memang menjadi balapan paling menguras fisik tahun ini bagi kami di Jakarta karena cuaca yang panas dan kelembabannya. Sirkuitnya juga sangat menantang. Jadi tidak banyak waktu bagi kami untuk beristirahat.
Tidak hanya menguras fisik, ini juga menambah beban di ban dan energi baterai yang harus kami jaga sepanjang balapan. Secara keseluruhan, ini trek yang sulit. Tahun ini juga format double header lebih menantang karena harus menjalani dua balapan dalam waktu dekat.
Soal double header, Jakarta E-Prix kembali jadi single header musim depan. Apakah ini lebih baik bagi Anda?
Saya sendiri lebih suka single header. Ini membuat balapan jadi lebih spesial. Ketika Anda pergi ke suatu tempat untuk satu balapan, balapan tersebut menjadi sorotan utama.
Sebaliknya, balapan dua kali beruntun membuat Anda harus mengulang kembali balapan dan langsung fokus ke balapan kedua. Saya lebih suka satu balapan dan fokus untuk satu balapan itu saja.
Balapan malam hari dapat mengatasi masalah cuaca panas di Jakarta?
Saya pribadi suka balapan malam hari. Semuanya jadi keren ketika sirkuit disorot lampu-lampu, mobil-mobilnya terlihat spesial dan segalanya terlihat lebih cepat. Secara visual, balapan malam hari sangat menyenangkan. Mungkin infrastruktur lengkap harus disiapkan untuk itu.
Atau bahkan balapan sore ketika matahari terbenam akan menjadi cukup keren, ketika cahaya matahari berubah jadi gelap malam.
Kontrak Jakarta E-Prix akan habis pada 2024, apakah perlu terus dilanjutkan?
Tentu ini bukan keputusan saya. Tetapi saya pikir Jakarta adalah destinasi bagus. Jakarta perlu terus mendapat tempat di kalender Formula E dan membantu wilayah sekitarnya untuk tumbuh.
Ini musim kelima Anda di Formula E dan Anda adalah juara dunia saat ini, bagaimana sejauh ini pengalamannya?
Sejauh ini menjadi perjalanan yang sukses. Saya juga berencana untuk mendapatkan kesuksesan lebih besar selanjutnya. Ini juga ajang balapan yang terus tumbuh tiap tahunnya dengan banyak produsen mobil yang bergabung.
Pembalap-pembalap hebat juga bergabung, salah satu kompetisi balapan terketat di dunia. Sangat menyenangkan dan menantang untuk berkompetisi dalam ajang ini. Anda merasa dihargai ketika mendapat hasil yang bagus.
Sebelumnya Anda pernah berkompetisi di Formula 1 dan World Endurance Championship, apa yang membuat Formula E berbeda?
Perbedaan paling jelas tentu mobilnya yang benar-benar ditenagai listrik, ini ajang yang sepenuhnya ditenagai listrik. Jenis balapannya sangat berbeda dari yang lain, terutama soal bagaimana mengontrol mobilnya, mengelola daya baterai selama balapan.
Bahkan hal-hal yang kami lakukan sebelum balapan cukup berbeda dibanding yang lain. Sungguh konsep yang berbeda, kami lebih banyak balapan di sirkuit jalanan juga. Ini jadi sesuatu yang sangat saya nikmati, balapan di jalanan.
Formula E bukan tanpa kritik seperti mobil lebih lambat dari F1, tidak ada suara mesin, dominasi sirkuit jalanan, dan lain-lain. Apa tanggapan Anda?
Saya pikir salah membandingkan F1 dan Formula E. Regulasinya sangat berbeda. Mobil-mobil di Formula E bisa jauh lebih cepat jika tidak dibatasi regulasi. Konsep kejuaraannya memang begitu, kami harus membuat mobil yang mematuhi regulasi, dengan batas kecepatannya.
Jika kami ingin membangun mobil yang cepat tanpa dibatasi regulasi, kami bisa membuatnya jauh lebih cepat dari mobil Formula 1. Dinamika mobilnya tidak sama, bannya sangat berbeda, banyak hal berbeda yang diregulasi. Banyak tantangan yang berbeda yang membuat Formula E sangat menarik.
Menurut Anda, apa yang dapat menumbuhkan minat terhadap Formula E?
Banyak hal berhubungan dengan penyiaran dan bagaimana Anda membawa kompetisinya lebih dekat ke penggemar. Formula E bermitra dengan SAUDIA Airlines sebagai maskapai resmi juga membantu untuk ini. Mereka membantu orang-orang terbang ke banyak lokasi untuk Formula E.
Itu adalah langkah berharga untuk kompetisi ini. Kita juga perlu ingat Formula E masih cukup baru dibanding ajang lain, jadi masih banyak pertumbuhan yang dapat diharapkan di masa depan.
Saat ini Anda berada di posisi sebelas dalam klasemen juara dunia Formula E, ada ekspektasi untuk akhir musim dan musim depan?
Kami jelas berharap dapat finis lebih tinggi di akhir musim. Kami butuh hasil balapan bagus dalam lima balapan sisa. Jelas titel juara sudah tidak terjangkau untuk saya musim ini tapi tetap penting bagi kami finis di posisi lebih baik pada akhir musim.
Posisi itu juga menjadi landasan penting untuk musim depan. Kami ingin kembali dalam kondisi lebih baik dan bertarung untuk gelar juara dunia lagi.
Balapan selanjutnya adalah di Portland International Raceway, sebuah sirkuit balapan khusus, sesuatu yang langka di Formula E. Sebenarnya, pembalap lebih suka sirkuit jalanan atau sirkuit khusus?
Secara pribadi, saya lebih suka trek jalanan. Soalnya itu menjadi DNA dari Formula E dan tujuan utama membangun mobil-mobil ini.
Regulasi baru mungkin akan membuat mobil ini lebih cepat dan mungkin membuat banyak sirkuit jalanan jadi sangat sulit dikendarai di masa depan. Namun, untuk saat ini saya lebih suka sirkuit jalanan.
Pemerintah Indonesia sedang mendorong kebijakan adopsi kendaraan listrik besar-besaran di Indonesia. Apakah menurut Anda Formula E membantu dalam hal ini?
Formula E adalah pendorong yang tepat untuk hal-hal tersebut. Terutama untuk memamerkan semua teknologi mobil listrik lewat banyak produsen mobil yang terlibat dalam Formula E.
Semua pengembangan yang kami lakukan untuk mobil FE juga menjadi acuan untuk pengembangan mobil biasa. Beberapa produsen mobil ini juga punya pasarnya sendiri, tapi keberagaman di ajang ini membuat mereka dapat menjangkau lebih banyak negara.