Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong Program Santri Magang di 33 BUMN. Bakti BUMN untuk santri ini meliputi Program Magang Santri dan Program Pesantrenpreneur (Pendidikan Vokasi Pondok Pesantren) di Jawa Timur.
Dalam kegiatan ini, PT Semen Indonesia Tbk (SIG) bersama PT Pegadaian, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), serta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bertindak sebagai koordinator program.
Kick off dilakukan oleh Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata, serta General Manager of corporate social responsibility (CSR) SIG, Edy Saraya di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Surabaya, Rabu (14/9).
Erick mengatakan, para santri dan santriwati harus mampu mengembangkan kapasitas diri di tengah tantangan disrupsi digital. Salah satu bentuk komitmen BUMN untuk terus berkontribusi terhadap ekonomi nasional dibuktikan dengan wujud Bakti BUMN. Hal itu di antaranya dilakukan dengan inisiasi program magang untuk santri di pesantren.
“Program magang santri ini merupakan kolaborasi yang sukses antara BUMN bersama sejumlah perguruan tinggi dan pesantren dalam meningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia). Langkah ini merupakan persiapan bagi generasi muda menghadapi tantangan pembangunan ke depannya, termasuk di sektor digital,” ujar Erick, Sabtu (17/9).
Kementerian BUMN juga telah membuka kegiatan Program Pesantranpreneur tahun 2022. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan berwirausaha agar pondok pesantren menjadi mercusuar peradaban, serta pusat pemberdayaan muslimpreuneur.
Program ini juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas santri sebagai penggerak pemberdayaan industri halal di Indonesia dan internasional. Program Pesantrenpreneur ini diikuti oleh 78 pengajar yang telah berpartisipasi dalam Program Training of Trainer (ToT) pada Mei 2022 lalu.
Para pengajar berasal dari pondok pesantren di Surabaya, Jember dan Kediri. Mereka dibekali pengetahuan tentang bisnis terapan, yaitu pembelajaran tentang teknologi dan rekayasa, teknologi informasi, kesehatan, agrobisnis, perikanan dan agroteknologi, bisnis dan manajemen, serta tata rias dan tata boga.
Proses belajar mengajar dalam Program Pesantrenpreneur akan berlangsung satu tahun ke depan, dan diharapkan bisa menjadi bekal para santri untuk menjadi wirausahawan (santripreneur) ketika lulus nanti.
Sementara itu, General Manager of CSR Semen Indonesia Edy Saraya menjelaskan pihaknya saat ini menerima 20 santri magang di perusahaan. Mereka akan belajar mengenai proses bisnis serta metode kerja selama tiga bulan. Selain mendapatkan ilmu dan pengalaman, mereka juga akan mendapatkan sertifikasi magang dari perusahaan.
Edy menambahkan, SIG juga berupaya membangun masyarakat yang mandiri dengan melahirkan sebanyak-banyaknya wirausahawan baru melalui Program Pesantrenpreneur. Ada 26 pondok pesantren yang pengajaranya mengikuti ToT.
“Saat ini mereka mulai mengajarkan ilmu yang didapat kepada santri masing-masing. Setiap pondok pesantren setidaknya mempunyai 15 santri untuk dididik, sehingga sedikitnya ada 390 santri yang akan diharapkan untuk menjadi wirausahawan,” ujar dia.
Salah satu pengajar dari pondok pesantren Assalafi Al Fithrah, Sudarsono, berharap ilmu yang diperoleh selama mengikuti ToT dapat bermanfaat untuk para santri. “Nantinya para santri memiliki skill tambahan, selain ilmu agama, tentunya. Semoga mereka nanti bisa merintis usaha sendiri serta membuka peluang kerja bagi masyarakat,” katanya.
(Tim Riset Katadata)