Sahardi (33) tidak pernah membayangkan akan menjadi pemandu wisata di kampung halamannya sendiri. Tumbuh besar di Desa Aik Berik, Lombok Tengah, Sahardi cuma lulusan SMP. Saat berusia 17 tahun, ia memutuskan menikah.
Membangun bahtera rumah tangga di usia muda membuat Sahardi harus bekerja keras menghidupi keluarganya. Segala macam pekerjaan pernah ia lakoni. Mulai dari berkebun hingga menjadi porter pendakian Gunung Rinjani. Ia bahkan pernah merantau selama 2 tahun di Malaysia.
Sahardi membayangkan ia akan menghabiskan masa sisa umurnya dengan berladang, pekerjaan turun temurun yang juga dilakukan orang tuanya. Namun, seiring dengan pamor ekowisata Aik Berik yang kian meningkat, Sahardi punya pilihan selain mengurus kebun. Pesona Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu di Aik Berik, kini menjadi masa depan Sahardi.
“Saya belajar jadi guide dari nol,” katanya kepada Tim Katadata, Jumat (27/1).
Memang bukan hal mudah menjadi pemandu wisata profesional. Sahardi harus belajar berbagai hal. Mulai dari soal hospitality hingga penguasaan bahasa asing.
Beruntung, pengalamannya bekerja di luar negeri mempermudah Sahardi mempelajari bahasa lain. Selain itu, pengelola wisata juga berkolaborasi dengan Universitas Mataram untuk memberikan pelatihan bahasa inggris kepada para pemuda di Aik Berik.
Saat ini, Sahardi dan pemandu lainnya di Air Berik tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Benang Stokel (Benstol). Ini menjadi wadah bagi para pengelola ekowisata untuk saling bertukar pikiran dan berjejaring.
“Saya menyadari air terjun ini jadi sumber mata pencaharian masyarakat di sini, jadi harus terus dirawat untuk anak cucu kami kelak,” katanya.
Desa Aik Berik memang menawarkan paket komplet wisata. Terletak di kaki Gunung Rinjani, desa ini memiliki dua air terjun menawan. Sawah, kebun, dan hutan rimbun menghampar. Belum lagi budaya unik yang berpadu dengan gaya hidup tradisional masyarakat, memikat siapapun yang datang berkunjung.
“Pengunjung yang ke sini, khususnya mancanegara, senang merasa kembali ke alam. Jadi, kami memperkenalkan alam sekaligus budaya setempat,” katanya.
Sahardi dan rekan-rekannya dengan kreatif memanfaatkan keindahan alam dan hasil hutan untuk ditawarkan ke pengunjung melalui paket wisata. Menurutnya, ini akan menjadi cara agar pengunjung memiliki rasa kebersamaan dan terus merindu dengan Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu.
Selain menjelajahi air terjun, Sahardi menawarkan jelajah persawahan dan perkebunan. Di lokasi persawahan, para pengunjung akan diajak menanam dan mengolah padi. Pengunjung juga dapat merasakan pengalaman memasak di pawon, dapur tradisional.
Adapun kegiatan lainnya adalah mengambil bahan makanan langsung dari alam seperti biji kedawung, kacang-kacangan, siput, hingga ikan tawar. Sedangkan saat jelajah perkebunan, pengunjung akan diperkenalkan beragam jenis pohon dari buah-buahan seperti durian, pisang, nangka, hingga kopi.
“Pengunjung juga diajak memproses kopi dari memetik hingga me-roasting di pawon,” ucapnya.
Aliran sungai yang datang dari air terjun juga dimanfaatkan. Pengunjung dapat merasakan pengalaman bermain tubing sambil menikmati lebatnya hutan.
Ke depan, Sahardi bersama pengelola ekowisata lainnya akan mengembangkan pilihan paket wisata lainnya. Beberapa di antaranya adalah pengembangan outbound dan penginapan glamping.
Saat ini, Sahardi bersama dan Pokdarwis tengah melakukan jejaring ke desa tetangga. Memiliki kesamaan potensi wisata, Desa Aik Berik akan berkolaborasi dengan Desa Lantan untuk mengembangkan paket wisata.
Beberapa di antaranya adalah paket wisata jelajah desa, edukasi kuliner lokal, perkemahan, hingga paket jelajah Rinjani.
Terus Dikembangkan
Guna mendorong wisata berkelanjutan di Aik Berik, pembenahan dan peningkatan kualitas infrastruktur juga terus dilakukan. Ketua Pokdarwis Benang Stokel (Benstol) M. Rodian Fahlepi mengatakan pengelola misalnya akan membangun tengara untuk ajang berfoto para pengunjung.
“Kami akan menambah daya tarik wisata, melakukan perbaikan dan pembenahan jalur serta objek wisata,” Rodi menyampaikan kepada Tim Katadata, Jumat (10/6).
Selain pengembangan glamping, ke depannya pengelola akan menawarkan jelajah kawasan hutan dengan menunggangi kuda hingga mengendarai motor trail.
Hasil hutan bukan kayu juga menjadi potensi besar di Aik Berik. Desa ini bahkan sudah memiliki Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang mengolah hasil hutan menjadi keripik dan kopi bubuk.
Ke depan, olahan hasil hutan akan dikembangkan untuk menjadi buah tangan ekowisata. “Kami akan menambah varian produk dari kopi, pisang, talas, dan singkong,” katanya.
Pegiat organisasi nirlaba, Eksotika Desa, Panji Kusuma menilai Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu sudah mencakup empat aspek penting ekowisata. Pertama, konservasi alam untuk merawat lingkungan.
Kedua, pemberdayaan masyarakat. Ketiga, pembelajaran berbasis praktik bagi pengunjung dan masyarakat atau experiential learning. Terakhir, bersifat rekreatif dan menyenangkan.
“Apapun bentuk ekowisatanya, harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar secara sosial, budaya, dan ekonomi,” katanya kepada Tim Katadata, Selasa (21/2).
Sahardi dan para pemandu wisata di Aik Berik akan menjalani hidup yang berbeda dengan para pendahulunya. Interaksi dengan para pengunjung juga membawa hal baru bagi warga. Anak-anak muda kini sudah mulai melek pendidikan, selain tentu meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.
Namun, perjuangan belum usai. Air terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu masih punya banyak kejutan menyenangkan untuk para pengunjungnya.