Teknologi menciptakan kebaikan (good), sekaligus juga keburukan (evil). Di satu sisi, teknologi memudahkan manusia, tetapi di sisi lain merepotkan manusia. Teknologi bukan hanya membantu manusia menyelesaikan berbagai persoalan, melainkan juga menghadapkan manusia pada berbagai persoalan baru.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong saat menjadi pembicara pada kegiatan Konferensi Nasional Komunikasi Humanis (KNKH) 2023 yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Tarumanagara (Untar), Selasa (17/10) di auditorium kampus Untar.
Acara ini diselenggarakan Fikom Untar bersama URC Indonesia, Kompas Gramedia, DAAI TV, Kompas TV, Radio Sonora, Katadata, dan Oppal.co.id.
Usman mengatakan, diperlukan regulasi untuk memperbesar sisi positif kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), sembari mengerem sisi negatifnya. Regulasi sendiri dibagi dua ada yang bersifat sukarela dan memaksa.
“Regulasi sukarela tidak mengikat, relatif dan hanya dipatuhi sekelompok orang. Sedangkan regulasi yang memaksa dituangkan dalam peraturan perundangan,” jelasnya.
Sebagai contoh dari regulasi sukarela adalah adanya sejumlah universitas melarang ChatGPT untuk menulis karya ilmiah serta komunitas media menyeru jurnalis untuk menulis berita berdasarkan kebijakan editorial, bukan algoritma.
Sedangkan regulasi memaksa contohnya di Indonesia yaitu Badan Pengawas Pemilu menandatangani nota kesepahaman dengan TikTok untuk menciptakan pemilu sehat.
Konferensi yang bertema “Kecerdasan Buatan dalam Evolusi Media dan Komunikasi” ini menghadirkan pula pembicara Prisca Niken selaku Head of Media Relations Shopee Indonesia dan dosen Fikom Untar yang juga pengamat media Dr. Moehammad Gafar Yoedtadi., M.Si.
Prisca menyampaikan materi berjudul “Public Relations 4.0, Artificial Intelligence: the Benefits and Risks of Change” memaparkan kecerdasan buatan tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran seorang public relations. Peran seorang public relations masih diperlukan dalam membangun hubungan baik dengan pemangku kepentingan karena sebuah relasi memerlukan “sentuhan manusia”.
Ia menyampaikan, teknologi AI dapat bermanfaat dalam membantu tugas public relations yaitu mendapatkan ide dan inspirasi, membantu pembuatan konten, mendukung riset, memantau media dan kepentingan pelaporan. “AI adalah the future of PR industry”, ungkapnya.
Sedangkan Moehammad Gafar mengamati algoritma dalam jurnalisme yang menurutnya mempengaruhi cara kerja jurnalis di newsroom. Industri pers mau tak mau harus mempertimbangkan cara kerja algoritma dalam produk mereka, dan seringkali mengganggu kualitas berita.
KNKH 2023 dibuka secara virtual oleh Rektor Untar Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan., MT., MM., IPU., AE dan dihadiri Dekan Fikom Untar Dr. Riris Loisa. Dekan Fikom dalam sambutannya menyebutkan konferensi tahunan ini selain masih dalam rangkaian dies natalis ke 64 Untar juga implementasi kerja sama perguruan tinggi, dunia industri dan profesional.
Dikatakannya, topik mengenai kecerdasan buatan sudah menjadi perhatian banyak pihak namun belum terlalu sering dibahas dalam perspektif komunikasi. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kecerdasan buatan.