UOB Indonesia menganugerahkan penghargaan 13th UOB Painting of the Year (POY) (Indonesia) award kepada Ni Nyoman Sani atas karyanya yang bertajuk “Tranquility” (Keheningan).
Karya ini merupakan sebuah karya seni abstrak yang terbuat dari akrilik Gesso, lem dan marmer.
Dalam menciptakan karya ini, perupa yang berasal dari Bali dan berusia 48 tahun ini mengambil inspirasi dari kearifan lokal dan gaya hidup yang menggambarkan hubungan antara manusia, kebudayaan, dan alam.
Tumbuh dewasa di Sanur, sebuah kawasan pesisir di Bali, Sani mempelajari alam dan karakteristik bahan-bahan alami yang ada di dalamnya.
Ibarat puing-puing terumbu karang yang terdampar di pantai dan membentuk pola unik dalam jangka waktu yang lama, Sani meyakini bahwa proses serupa juga terjadi pada manusia karena siklus alami seperti ruang dan waktu membentuk tubuh dan jiwa manusia.
Sani mengatakan, karya seni tersebut menggarisbawahi tradisi Bali, di mana sebagian besar ritual didasari oleh sistem kalender yang mengikuti siklus alami.
Menurutnya, sesuai filosofi Bhuana Agung dan Bhuana Alit, kebudayaan Bali mencerminkan adanya kesatuan ritme antara kehidupan manusia dan alam, sehingga membentuk suatu ekosistem yang utuh.
Bhuana Agung, kata Sani, mewakili seluruh alam semesta, sementara Bhuana Alit merujuk pada jiwa individu yang berada di alam semesta ini.
“Melalui karya seni yang saya hasilkan, saya berharap dapat mengingatkan sesama bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam dapat berdampak pada manusia,” tutur Sani.
Karya seni Sani membuat panel juri UOB POY terkesan. Adapun panel juri terdiri dari Melati Suryodarmo, ketua juri yang sekaligus seniman pertunjukan; Dr Agung Hujatnika, kurator seni independen dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung; dan Heri Pemad, Direktur Kreatif di Sarinah Art District Jakarta yang juga merupakan pendiri Art Jog.
Ketika dimintai komentar terkait karya seni Sani, Melati mengatakan, Sani menunjukkan kemampuan artistiknya yang kuat dalam membuat lukisan abstrak menyerupai sisa-sisa terumbu karang yang ia temukan di kawasan pesisir Sanur.
“Dengan menyoroti konteks filosofis serta ruang serta pengalaman kehidupan sehari-hari melalui karya seninya, Sani juga telah mengedukasi masyarakat tentang warisan tradisi Bali dan pengaruh alam terhadap psikologi dan budaya spiritualitas,” ujar Melati.
Sebagai pemenang utama kompetisi UOB POY (Indonesia) 2023, Sani berhak menerima uang tunai sebesar Rp250 juta.
Karya seninya juga akan bersaing dengan karya pemenang dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam dalam UOB Southeast Asian POY Award yang akan diumumkan pada 8 November 2023 di Singapura.
Selain itu, Sani juga berkesempatan untuk berpartisipasi dalam program residensi selama satu bulan di Museum Seni Asia Fukuoka di Jepang.
Hendra Gunawan, Presiden Direktur UOB Indonesia, menyampaikan selamat kepada Sani yang telah memenangkan penghargaan UOB POY ke-13 di Indonesia.
“Karya seninya yang mengesankan berhasil mengajak masyarakat untuk mengetahui akar budaya Bali. Kami senang melihat antusiasme tinggi para perupa yang telah berkontribusi terhadap perkembangan dinamis seni rupa di Indonesia selama 13 tahun melalui kompetisi unggulan UOB di Tanah Air,” tutur Hendra.
Hendra menuturkan, industri seni Indonesia terus berkembang pesat. Berkat dukungan pertumbuhan kelas menengah yang meningkat serta minat dari pengunjung mancanegara, banyak galeri dan komunitas perupa yang terus berkembang, sementara perhelatan seni besar juga terus menarik perhatian banyak pihak.
“Di UOB, kami percaya bahwa seni dapat melampaui sekat bahasa, budaya, geografi, dan waktu. Kami terus berperan aktif dalam mempererat dan memperkuat ikatan komunitas antar kawasan melalui dukungan jangka panjang yang kami berikan terhadap seni visual,” ujar Hendra.
“Saya mengucapkan selamat kepada para pemenang tahun ini atas pencapaiannya. Semoga ajang penghargaan ini dapat dimanfaatkan sebagai batu loncatan untuk terus berproses dalam perjalanan karir seni mereka,” imbuhnya.
Karya seni dengan komentar sosial mengenai pengawasan teknologi berhasil memenangkan penghargaan 13th UOB Most Promising Artist of the Year (Indonesia).
Pada kategori Emerging Artist, Begok Oner, perupa berusia 25 tahun asal Jawa Tengah, meraih penghargaan 13th UOB Most Promising Artist of the Year (Indonesia) atas lukisan yang berjudul “7°49'03.3”S 110°21 '00.2"E".
Ia terinspirasi dari konsep distorsi ruang di dunia maya. Bentuk kanvas dan penggambaran objek dalam lukisannya menyerupai gambar yang terlihat pada lensa cembung, yakni alat sederhana yang telah digunakan selama berabad-abad untuk memfokuskan dan memperbesar cahaya.
Sebagai metafora, karya seni ini mengacu pada gagasan bahwa kita memang hidup dalam surveillance society dimana setiap aspek kehidupan kita dipantau dan dicatat.
UOB Indonesia akan memamerkan 46 karya finalis kompetisi 13th UOB POY (Indonesia), termasuk di antaranya delapan karya pemenang di Autograph Tower, Jakarta, Level 77.
Pameran ini terbuka untuk umum setiap hari mulai tanggal 26 Oktober hingga 5 November 2023 pukul 10 pagi sampai pukul 5 sore.