Agen BRILink Jadi Solusi Nelayan Muara Gembong Akses Layanan Perbankan

BRI
Agen BRILink di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
3/12/2023, 14.52 WIB

Di tengah era serba digital seperti sekarang ini, masih banyak daerah di Indonesia yang belum terjangkau literasi perkembangan teknologi. Untuk itu, Agen BRILink diperlukan untuk menjangkau wilayah-wilayah tersebut.

Faktor kondisi geografis hingga lokasi yang jauh dari pusat kota membuat masyarakat jadi mengalami keterbatasan sehingga tak dapat dipungkiri sebagian besar masyarakat belum tersentuh atau melek literasi digital. 

Misalnya saja soal transaksi keuangan yang akses lokasi bank atau layanan ATM dengan jarak yang masih relatif jauh dari masyarakat di wilayah pelosok.

Kondisi ini juga yang terjadi pada masyarakat di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Wilayah ini terletak di pesisir utara Kabupaten Bekasi, dengan masyarakat yang banyak bergerak di bidang pertanian, hasil laut dan pertambakan. 

Namun, layanan perbankan yang belum merata menjadi kendala dalam kebutuhan transaksi sehari-hari bagi masyarakat di wilayah tersebut. 

Di sinilah Fahrudin Saleh (28) mengambil peluang menjadi AgenBRILink yang memudahkan transaksi keuangan dan layanan perbankan bagi masyarakat sekitar.

Pria yang juga berprofesi sebagai guru SD ini melihat kebutuhan transaksi keuangan yang cepat untuk mendukung kegiatan masyarakat. 

"Di sini masyarakatnya banyak yang nelayan, kalau mereka dapat hasil lautnya dan mereka jual ke pengepul, pengepul itu perlu dana cepat. Nggak mungkin dia ke bank dengan jarak yang relatif jauh. Maka dari itu masyarakat lebih cenderung ke agen keuangan yang lebih dekat dalam hal ini AgenBRILink," jelasnya, dalam keterangan tertulis, Minggu (3/12).

Dari situ, ia berusaha memanfaatkan peluang dengan menjadi AgenBRILink dengan nama AgenBRILink Ghani. Usahanya sudah berjalan sejak November 2020 dan banyak membantu masyarakat sekitar. 

Jika awalnya mereka menganggap transaksi keuangan hanya bisa di bank atau ATM, ternyata bisa juga di AgenBRILink yang lebih dekat dan mudah.

Dampak positif dari kehadiran AgenBRILink ini sendiri juga dirasakan oleh masyarakat sekitar yang terbiasa melakukan transaksi di AgenBRILink milik Fahrudin. Misalnya saja Munawar yang berprofesi sebagai pengepul hasil laut.

“Kalau jadi supplier begini, saya butuh uang tunai untuk bayar nelayan. Dengan adanya AgenBRILink ini saya bisa ambil uang dengan lebih cepat karena dekat juga,” ungkapnya.

 

Konsep Sharing Economy AgenBRILink Buka Lapangan Pekerjaan dan Tingkatkan Inklusi Keuangan 

Selain menghadirkan dampak untuk masyarakat sekitar, konsep sharing economy AgenBRILink juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan Fahrudin sebagai salah satu agen.

“Ada yang membuat saya merasa senang ketika saya bisa menyerap tenaga kerja. Kemudian saya jadi banyak tahu. Yang tadinya nggak tahu jadi tahu. Jadi nambah pengetahuan tentang perbankan,” cerita Fahrudin.

Ia juga menjelaskan bahwa BRI juga membantunya memberikan pelatihan yang diperlukan lewat kunjungan kerja petugas yang datang setiap bulan. 

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengatakan bahwa layanan AgenBRILink hadir untuk memudahkan masyarakat yang jauh di pelosok untuk bisa mengakses layanan perbankan. 

Dalam layanan AgenBRILink, selain transaksi tarik tunai, juga terdapat layanan untuk kebutuhan harian masyarakat seperti pembayaran tagihan listrik, air, iuran BPJS, telepon, pembelian pulsa, pembayaran cicilan, top-up BRIZZI, setoran pinjaman, memberikan layanan referral pembukaan rekening tabungan BSA maupun pinjaman, dan transaksi lainnya.

“Masyarakat tidak perlu lagi ke bank untuk bertransaksi, namun dapat ke AgenBRILink yang berlokasi lebih dekat. Hal ini akan sangat membantu masyarakat untuk melakukan transaksi dengan cepat, mudah dan juga aman,” ungkapnya.

Penetrasi AgenBRILink pun semakin tinggi dalam meningkatkan inklusi keuangan. Sebagai informasi, hingga September 2023 jumlah agen telah mencapai 698 ribu agen yang tersebar di 59.205 desa atau meng-cover lebih dari 80 persen dari total desa di Indonesia. Angka tersebut tumbuh sekitar 16,9 persen secara tahunan (year-on-year).