Kesenjangan gender di Indonesia, khususnya di dunia kerja, tanpa disadari terus terjadi. Dampak dari kesenjangan ini beragam, mulai dari perbedaan upah bagi pekerja perempuan dan laki-laki, hingga preferensi pemilihan profesi karena adanya label pekerjaan maskulin atau feminin. Penyebabnya berasal dari dua aspek yang saling berkaitan, yakni sosial dan institusional.
Secara kultur atau sosial, budaya patriarki yang masih kental di Indonesia membuat perempuan dituntut untuk diam di rumah dan mengasuh anak. Hal ini membuat kesempatan perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi menjadi terbatas, sehingga berdampak pada aspek institusional seperti batasan tingkat pendidikan dan pengalaman kerja.
This article was produced in partnership with Investing in Women, an initiative of the Australian Government that promotes women’s economic empowerment in South East Asia.