Pertumbuhan ekonomi di sejumlah daerah penghasil minyak dan gas bumi (migas) mengalami perlambatan. Kondisi ini dipengaruhi oleh berkurangnya kegiatan investasi di sektor migas yang menjadi kontributor utama di daerah-daerah tersebut. Kutai Kartanegara, Bengkalis, dan Siak adalah kabupaten-kabupaten yang mengalami pertumbuhan negatif.
Penurunan harga minyak dunia sejak pertengahan 2014 membuat sejumlah perusahaan migas melakukan efisiensi, termasuk mengurangi anggaran investasi. Akibatnya jumlah kegiatan eksplorasi di wilayah kerja ikut berkurang, alhasil para pekerja yang biasanya ramai di wilayah tersebut juga menyusut. Ini mempengaruhi roda perekonomian di daerah tersebut, seperti tempat hiburan, sewa hotel, transportasi, hingga restoran.
Di sisi lain, pemerintah daerah kesulitan untuk meningkatkan belanja lantaran penerimaan dana bagi hasil (DBH) dari sektor migas ikut berkurang. Rincian dana bagi hasil (DBH) dari Kementerian Keuangan mencatat total transfer ke daerah pada 2015 menurun lebih dari 50 persen dibanding tahun sebelumnya. Padahal DBH merupakan tulang punggung anggaran.