KATADATA - Rentetan teror bom yang terjadi di Tanah Air dalam dua dekade terakhir tak banyak berdampak di bursa saham. Meski sempat tertekan sesaat setelah ledakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) selalu kembali melejit. Berdasarkan data Bloomberg, dampak ledakan terasa rata-rata hanya tiga hari kendati teror bom mempengaruhi penurunan IHSG 1,56 persen dan melemahkan rupiah sebesar 0,46 persen. Bahkan teror bom pernah sama sekali tidak menyentuh lantai bursa dan pasar uang ketika peristiwa Gereja St. Anna dan HKBP Jakarta.
Di hari ledakan bom dan serangan teroris di Sarinah, Jakarta (14/1), IHSG tergelincir 0,53 persen menjadi 4513,18 saat penutupan. Indeks kembali membaik pada penutupan hari berikutnya. Nilai tukar rupiah juga sempat melemah 0,2 dihari peristiwa bom, namun pada hari Senin (17/1) kembali menguat di level 13.905 per dolar Amerika.
Data tersebut menunjukkan investor semakin cerdas dan paham bahwa saham adalah investasi jangka panjang. “Faktor utama yang lebih berpengaruh adalah fundamental emitennya sehingga peristiwa teror hanya menimbulkan kepanikan sesaat,” ujar Kepala Bursa Efek Indonesia Perwakilan Makassar, Fahmin Amirullah. Makassar merupakan salah satu kota yang pernah menjadi sasaran teror bom.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan, meski faktor keamanan mempengaruhi minat investor, tetap saja yang menjadi panduan utama berinvestasi adalah fundamental ekonomi Indonesia. Adapun Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri, Suryani Motik, mengatakan, investor tetap merasa nyaman jika aparat sigap mengembalikan kondisi keamanan pasca serangan teror.