Energi Terbarukan, Masa Depan Asia

Penulis:
Editor: Arsip
2/1/2015, 07.37 WIB

KATADATA ? Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar fosil mendorong banyak negara mengembangkan sumber energi hijau terbarukan. Diperkirakan, pada 2035, seluruh sumber energi terbarukan akan menggerakkan separuh dari generator baru di dunia.

Cina, yang belakangan ini sejumlah kotanya selalu berselimut asap pembakaran batubara, akan menjadi pengguna terbesar energi dari sumber terbarukan. Dengan peralihan itu, sumber energi listrik terbarukan yang dihasilkan Cina akan melampaui total energi terbarukan yang dihasilkan Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.

Secara umum, di Asia, sepertiga pembangkit listrik akan ditopang oleh sumber energi terbarukan, menggeser dominasi batubara.

Lantas, akankah sumber energi baru dan terbarukan tersebut akan sepenuhnya menggantikan peran minyak dan batubara di Asia? Jawabnya, keberadaan sumber energi terbarukan bergantung pada kondisi ekonomi, geografi, dan topografi tiap negara. Oleh sebab itu, bahan bakar berbasis fosil diperkirakan masih akan terus dipergunakan, melengkapi energi dari sumber-sumber baru terbarukan.

Tentu, beralih ke sumber terbarukan memerlukan teknologi tinggi, investasi waktu dan dana yang tidak sedikit, sehingga sejumlah negara tetap memilih bahan bakar fosil. Di Cina, contohnya, subsidi yang dikeluarkan untuk proyek energi terbarukan diperkirakan mencapai $ 35 miliar pada 2035. Tapi, ketika sumber baru itu sudah dimanfaatkan, ia akan menghemat anggaran dan mengurangi risiko lingkungan.

Reporter: Redaksi