Jerat Utang Saham Bumi

Penulis:
Editor: Arsip
13/10/2014, 18.41 WIB

KATADATA ? PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), unit bisnis tambang Grup Bakrie tengah berupaya keras mempertahankan kinerja keuangan dan harga saham di tengah beban utang yang terus menjerat perusahaan. 

Pada Juli lalu, Bumi sebenarnya berhasil mengurangi utang kepada CIC sebesar USD 1,4 miliar dengan cara menukar utangnya dengan saham. Kepada CIC, perusahaan telah merampungkan transaksi penjualan saham PT Kaltim Prima Coal senilai USD 950 juta (19 persen), mengalihkan sisa kepemilikan 42 persen saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) senilai USD 257 juta dan saham Bumi senilai USD 150 juta pada 8 Oktober lalu. Dengen penyelesaian tersebut, utang Bumi kepada kepada CIC masih tersisa USD 632 juta yang akan jatuh tempo tiga tahun lagi.

Selain utang ke CIC, Bumi juga memiliki utang obligasi sebesar USD 375 juta yang seharusnya jatuh tempo pada Agustus lalu akhirnya disetujui untuk diperpanjang sampai April 2018. Beban bunga obligasi diturunkan dari  9,25 persen menjadi hanya 6 persen.

Di luar itu, Bumi juga masih menghadapi beban utang lainnya, yakni kepada Axis Bank Limited, Credit Suisse, Deutsche Bank, UBS AG, dan China Development Bank (CDB) sebesar $ 275 juta. Untuk melunasinya, Bumi akan melakukan refinancing melalui rights issue atau penerbitan saham baru pada Agustus lalu. Namun, rencana tersebut gagal dilakukan sehingga saham Bumi pun merosot.

Tak bisa dimungkiri, dengan total kewajiban sebesar USD 7,3 miliar, sedangkan total aset hanya USD 7 miliar mengakibatkan rasio kewajiban terhadap aset Bumi menjadi minus. Dengan total pendapatan hanya USD 1,9 miliar, Bumi sulit mendapatkan kepercayaan investor akan mampu membayar kewajibannya kecuali  berhasil melakukan refinancing.

Reporter: Muhammad Kahfi