Kembalinya "Jokowi Effect"

Penulis:
Editor: Arsip
11/7/2014, 13.57 WIB

KATADATA ? Hasil quick count sebagian besar lembaga survei yang memenangkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sebagai calon presiden dan wakil presiden mendapatkan respons positif dari pasar modal dan pasar valuta asing. "Jokowi Effect" kembali bangkit setelah memudar saat tren elektabilitas Jokowi menurun.

Selain direspons positif oleh kenaikan indeks harga saham gabungan kemarin, hasil hitung cepat pilpres juga berdampak positif terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Dalam perdagangan Kamis, 10 Juli 2014, kurs rupiah menguat 0,45 persen menjadi Rp 11.574 per dolar AS.

Penguatan nilai tukar rupiah sesuai dengan proyeksi dari sejumlah lembaga finansial, seperti Nomura Securities, Maybank dan Morgan Stanley. Ketiga lembaga tersebut memperkirakan kurs rupiah akan menguat jika Jokowi menang dalam pemilihan umum presiden. Sedangkan, jika Prabowo yang terpilih, maka kurs rupiah akan melemah.

Sebelumnya, "Jokowi Effect" terjadi saat Jokowi dideklarasikan sebagai capres dari PDI Perjuangan pada 14 Maret 2014. Pada hari itu, rupiah menguat 0,26 persen menjadi Rp 11.356 per dolar AS.

Namun, dalam perkembangannya, nilai tukar rupiah melemah seiring dengan peristiwa-peristiwa yang tidak sesuai harapan pelaku pasar. Di antaranya adalah suara perolehan suara PDI Perjuangan yang tidak memenuhi batas minimum 20 persen untuk mencalonkan Jokowi, serta hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Jokowi menurun sebaliknya Prabowo menguat, termasuk hasil survei yang menunjukkan Prabowo unggul di Jakarta dan Banten pada 4 Juni 2014.

Reporter: Leafy Anjangi