Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko berencana membangun Silicon Valley versi Indonesia. Pusat industri dan teknologi tersebut dinamakan Bukit Algoritma. Dia menggandeng PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari, serta perusahaan pelat merah PT Amarta Karya sebagai penggarap proyek. (Analisis Data: Seberapa Besar Peluang Bukit Algoritma Jadi Silicon Valley Indonesia?)
Bukit Algoritma akan berdiri di Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat dengan luas 888 hektare lahan. Biaya pembangunan mencapai Rp 18 triliun. Lama pembangunan diperkirakan memakan waktu 11 tahun. Bukit tersebut akan menjadi tempat industri nanoteknologi, bioteknologi, kuantum teknologi, semikonduktor, dan penyimpanan energi.
Kendati demikian, rencana pembangunan Bukit Algoritma menumbuhkan keraguan. Persoalannya, terdapat sejumlah tantangan mereplikasi “Silicon Valley”. Salah satunya Indonesia dinilai belum memiliki ekosistem digital. Selain itu, kapasitas riset dan pengembangan di tanah air yang rendah, terlihat dari minimnya anggaran yang hanya 0,2% PDB.
Silicon Valley yang erat kaitannya dengan digitalisasi dihadapkan pada kondisi Indonesia yang minim sumber daya manusia. Menurut riset McKinsey dan Bank Dunia, Indonesia kekurangan sembilan juta pekerja atau 600 ribu pekerja per tahun. Ketimpangan digital masih terasa dengan 12.548 desa yang belum terkoneksi 4G. (Analisis Data: Potensi Besar Membangkitkan Ekonomi Lewat Digitalisasi)
“Di AS, yang pertama dibangun bukan fisiknya, tapi ekosistemnya. Di Indonesia, justru fisiknya terlebih dahulu,” ujar Kepala Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda pada Kamis (15 April 2021) lalu. (Analisis Data: Memetakan Sektor Potensial Ekonomi Digital Indonesia)