Risiko transisi iklim akan berpengaruh ke beragam sektor industri di Indonesia, termasuk kelapa sawit. Orbitas, lembaga yang secara khusus mempelajari dampak perubahan iklim terhadap pemodalan dan lembaga keuangan, memetakan dampak dan manfaat yang mungkin terjadi akibat transisi iklim.
Melihat dari kondisi saat ini, Orbitas melihat setidaknya akan ada sejumlah pendorong intervensi transisi iklim yang bisa berdampak bagi operasi perusahaan sawit. Mulai dari penerapan harga karbon, pembatasan penggunaan lahan, penerapan strategi sawit berkelanjutan, peningkatan permintaan komoditas, hingga peningkatan bioenergi diperkirakan akan menjadi beberapa upaya yang diarahkan mengatasi transisi iklim.
Mereka memperkirakan pada 2040 akan ada beberapa dampak langsung terhadap industri sawit. Pembatasan perluasan lahan akan memacu kenaikan biaya konsesi hingga 52 persen. Sementara itu ada juga potensi 76 persen konsesi tidak tertanam yang menjadi aset terdampar. Sementara itu adanya biaya emisi diperkirakan akan memacu kenaikan ongkos operasional sampai 15 persen. Menariknya, industri sawit juga diprediksi akan menyikapi transisi iklim dengan upaya peningkatan produktivitas lewat agroforestri.
Tranisisi iklim juga berpotensi memberi manfaat jika dilaksanakan dengan optimal. Reputasi dan akses pasar industri sawit nasional akan menjadi baik, serta peringkat kredit produsen industri juga akan naik jika pendekatan berorientasi terhadap lingkungan dilakukan. Selain itu ekuilibrium harga komoditas diperkirakan bisa naik 10-40 persen, produksi juga bisa meningkat sampai 50 persen jika melaksanakan praktik berkelanjutan.