Orbitas membentuk tiga skenario transisi iklim untuk mengukur dampak pemanasan global pada industri kelapa sawit di Indonesia. Lembaga yang khusus mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sektor keuangan dan finansial ini membuat permodelan tersebut berdasarkan target kenaikan suhu udara akibat pemanasan global pada 2100.
Skenario pertama yang disebut historis, mengasumsikan kondisi tanpa intervensi atau berjalan seperti biasa (business as usual/BAU) dengan terget kenaikan suhu sampai 4°C. Sementara skenario kedua disebut moderat, sedikit lebih ambisius dengan batas kenaikan suhu diperkirakan sekitar 3°C. Terakhir skenario agresif, skenario dengan upaya maksimal yang berusaha mencapai ambisi global untuk mencegah kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5°C.
Ketiga skenario tersebut dibedakan berdasarkan harga karbon dan peraturan terkait konversi lahan. Setelah itu dilihat dampaknya terhadap kenaikan harga komoditas, peningkatan produktivitas, pemanfaatan bioenergi, kenaikan harga lahan, ongkos operasional, dan perubahan tutupan lahan.
Dari ketiga skenario tersebut, Orbitas memberi beberapa rekomendasi. Pertama, petani kecil perlu dirangkul dalam rantai pasok berkelanjutan. Kedua, perlu dikembangkannya intensifikasi dan metode agroforestri. Ketiga, perlu dilakukan pemanfaatan teknologi untuk mengurangi emisi. Serta terakhir, akses permodalan perlu diperluas agar pelaku industri dapat beradaptasi dalam transisi iklim ini.