Penggunaan masker selama pandemi Covid-19 dapat mengurangi risiko tertular. Namun ada potensi masalah yang disebabkan penggunaan masker, terutama produk sekali pakai, yakni limbahnya yang mencemari lingkungan.
Dilansir dari The Independent, studi yang dilakukan University of Southern Denmark memperkirakan 129 miliar masker dibuang setiap bulan. Menurut laporan Ocean Asia 2020 yang berjudul “Masks on the Beach”, sebanyak 1,6 miliar sampah masker global berakhir di lautan. Jumlah ini setara 5,5 ribu ton sampah plastik dan setara 7% pusaran sampah Pasifik (The Great Pacific Garbage Patch).
Masker sekali pakai utamanya terbuat dari bahan polipropilen atau salah satu jenis plastik. Plastik membutuhkan waktu hingga ratusan tahun agar bisa terurai. Sampah masker yang masih utuh lalu terbawa ke sungai dan laut dapat menyebabkan pencemaran air. Di perairan Mediterania, masker sekali pakai ini mengambang seperti ubur-ubur.
Sampah masker sekali pakai juga dapat menjerat hewan laut, bahkan hingga menyebabkan kematian. Ada pula kejadian di mana hewan laut mengira bahwa sampah masker sekali pakai tersebut merupakan makanannya. Jika hewan laut tidak mati karena tersedak, masker yang lolos akan memenuhi perut mereka, mengurangi asupan makanan, menyebabkan kelaparan, dan berujung pada kematian.
Agar tidak menimbulkan bahaya yang lebih besar, para peneliti mendesak pihak berwenang di setiap negara untuk menyiapkan tempat sampah khusus masker sekali pakai, tempat pengumpulan, pembuangan. Upaya lain yang dapat diterapkan masyarakat adalah menggunakan masker yang dapat digunakan kembali, membuat inovasi masker sekali pakai yang ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah yang benar.