Kebutuhan dana untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak (cost overrun). Proyek kerjasama dengan Cina tersebut naik sekitar US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 27 triliun.

Pada awalnya, proyek tersebut diperkirakan memakan biaya US$ 6,1 miliar atau sekitar Rp 87 triliun. Namun dalam rapat dengar pendapat antara Komisi VI DPR dengan PT KAI diketahui, biaya yang dibutuhkan mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 114 triliun.

Estimasi kenaikan biaya tersebut berdasarkan perhitungan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan konsorsium pengerjaan proyek tersebut. Kenaikan biaya terbesar berasal dari anggaran untuk engineering, procurement and construction (EPC) yang mencapai US$ 600 juta sampai US$ 1,2 miliar.

“Indonesia menanggung Rp4,1 triliun cost overrun yang diusulkan dipenuhi melalui PMN.” jelas Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu, 1 September 2021.

Membengkaknya biaya proyek tersebut menambah masalah baru yang membelit proyek strategis nasional tersebut. Pada tahun lalu. Kementerian PUPR sempat menghentikan pembangunannya lantaran menimbulkan masalah lingkungan. Antara lain, banjir di ruas tol Jakarta-Cikampek, kebocoran pipa milik Pertamina, serta rumah warga yang retak akibat pembangunan terowongan.